just write

just write

Menjadi Penyunting Terjemahan yang Profesional

Senin, 16 November 2015



Menjadi Penyunting Terjemahan yang Profesional

Oleh Hilmi Akmal



1. Apa itu Penyuntingan? 
            Terjemahan yang baik adalah terjemahan yang telah mengalami proses penyuntingan. Namun, sebelum Anda memutuskan untuk menjadi penyunting profesional saya rasa Anda harus memahami apa itu penyuntingan.
Penyuntingan adalah menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan memerhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa yang menyangkut ejaan, huruf, tanda baca, kata, diksi, frasa, istilah, klausa, kalimat, dan wacana (Sugihastuti, 2006). Penyuntingan bersinonim dengan editing atau mengedit.
            Orang yang melakukan penyuntingan atau pengeditan naskah tulisan atau karangan yang akan diterbitkan dalam majalah, surat kabar, buku, dan sebagainya disebut penyunting atau editor.               
2. Apa Saja Tugas  dan Syarat-syarat Menjadi Penyunting?
            Apa sih sebenarnya tugas penyunting itu? Menurut Eneste (1995) pada dasarnya tugas seorang penyunting adalah membuat naskah dapat dibaca. Hanya itu? Bukan. Seorang penyunting pun harus dapat membuat naskah itu enak dibaca. Jadi, naskah yang sudah dibuat atau digarap oleh penulis (atau penerjemah) mesti “diolah kembali” oleh penyunting sebelum sampai pada pembaca sehingga dapat dikatakan bahwa penyunting adalah perantara penulis dan pembaca.
            Apakah semua orang dapat menjadi penyunting. Jawabnya tidak. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Apa saja syarat itu? Eneste dalam bukunya Buku Pintar Penyuntingan Naskah (1995) menyebutkan bahwa syarat-syarat untuk menjadi penyunting adalah (1) menguasai ejaan, (2), menguasai tata bahasa, (3) bersahabat dengan kamus, (4) memiliki kepekaan bahasa, (5) berpengetahuan luas, (6) Teliti dan sabar, (7) peka terhadap SARA dan pornografi, (8) luwes, (9) punya kemampuan menulis, (10) Menguasai bidang tertentu, dan (11) menguasai bahasa asing. 
            Jadi, apabila Anda ingin menjadi seorang penyunting Anda harus menguasai kaidah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku saat ini. Anda harus tahu benar penggunaan huruf kecil dan huruf kapital, pemenggalan kata, dan pengunaan tanda-tanda baca (koma, titik, titik koma, dan sebagainya). Mengapa? Karena seorang penyunting selalu berurusan dengan hal-hal ini.
Anda pun dituntut harus menguasai bahasa Indonesia secara luas. Maksudnya bukan berarti Anda harus menghapal semua arti kata yang tercantum di kamus, tetapi harus tahu mana kalimat yang baik dan benar dan mana kalimat yang salah dan tidak benar. Menguasai bahasa Indonesia berarti Anda harus menguasai tata bahasa Indonesia. Jadi, untuk menjadi penyunting Anda harus tahu susunan kalimat bahasa Indonesia yang baik, kata-kata yang baku, bentuk-bentuk yang salah kaprah, pilihan kata atau diksi yang pas, dan sebagainya. Agar Anda bisa menguasai tata bahasa Indonesia, milikilah dan pelajarilah buku Tata Bahasa Baku Indonesia dan Pedoman Umum Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Seorang penyunting pastilah tidak menguasai semua kata yang ada dalam satu bahasa tertentu, apalagi istilah-istilah di bidang keilmuan tertentu. Oleh karena itu, seorang penyunting harus mengakrabkan diri dengan kamus, baik itu kamus ekabahasa, dwibahasa, maupun kamus istilah. Selain kamus, seorang penyunting pun harus berkarib ria dengan dengan berbagai rujukan lainnya seperti ensiklopedia. Untuk kamus bahasa Indonesia yang harus dijadikan sahabat kalau Anda menjadi penyunting adalah Kamus Umum Bahasa Indonesia dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Apabila Anda adalah orang yang enggan membuka-buka kamus, maka urungkan saja niat Anda menjadi penyunting.
Seorang penyunting diharuskan pula memiliki kepekaan bahasa karena ia selalu berhubungan dengan ejaan, tata bahasa, dan kamus. Bila Anda menjadi penyunting Anda harus mengetahui mana kalimat yang kasar, mana yang halus; harus tahu mana kata yang harus dihindari dan mana yang sebaiknya dipakai; dan harus tahu kapan kalimat atau kata tertentu dapat digunakan atau dihindari.
Seorang penyunting juga dituntut untuk memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas. Artinya, ia harus membaca banyak buku, majalah, dan koran. Selain itu dia juga harus menyerap informasi melalui media audio visual. Dengan kata lain, seorang penyunting tidak boleh ketinggalan informasi.
Seorang penyunting juga harus teliti dan sabar. Dia harus teliti menyunting setiap kalimat, setiap kata, dan setiap istilah yang dipakai penulis. Ia harus teliti memeriksa apakah kata, kalimat, dan istilah itu layak cetak atau tidak, berbau SARA atau tidak, mengandung pornografi atau tidak, dan sebagainya. Penyunting pun wajib bersikap sabar. Mengapa karena ia harus bolak-balik memeriksa naskah. Kadang kala penyunting juga berhadapan dengan penulis yang ngeyel, yang tidak mau tulisannya diedit. Jurus sabar pun harus dipakai apabila menghadapi penulis macam ini.
Ada kalanya suatu buku dicekal pihak kejaksaan agung karena dianggap mengandung muatan pornografi dan SARA. Nah, agar suatu buku tidak dicekal, maka dituntut kepekaan yang tinggi dari penyunting akan masalah SARA dan pornografi. Seorang penyunting harus tahu mana kalimat yang layak cetak, mana kalimat yang harus diubah agar tidak menyinggung suatu suku, agama, atau ras tertentu.
Telah disebutkan bahwa penyunting kadang kala berhubungan dengan orang lain, dalam hal ini penulis, pengarang, atau penerjemah. Untuk itu, penyunting dituntut pula untuk dapat bersikap luwes atau supel. Saat berhubungan dengan penulis atau penerjemah, seorang penyunting harus mau mendengarkan segala keluh kesah, saran, dan pertanyaan. Sebaiknya, penyunting tidak boleh bersikap menggurui, apalagi jika yang dihadapi adalah seorang penulis yang merupakan pakar di bidangnya. Dengan kata lain, meminjam istilah Howard Gardner, si pencetus multiple inteligences, seorang penyunting harus memiliki kecerdasan interpersonal. Jadi, apabila Anda adalah orang yang kaku dan tidak luwes, lupakan niat menjadi seorang penyunting.
Tidak hanya penulis yang hanya memiliki kemampuan menulis. Seorang penyunting pun harus memiliki kemampuan itu, minimal mampu menyusun tulisan yang elementer. Lho bukannya tugas penyunting adalah menyunting? Betul, tapi seorang penyunting suatu saat harus menulis surat kepada penulis, menulis isi ringkasan buku atau sinopsis, atau menulis biografi singkat penulis. Selain itu, kemampuan menulis ini pun berguna dalam penyuntingan. Kalau tidak tahu menulis kalimat yang benar, maka mana bisa kita membetulkan atau memperbaiki tulisan orang lain.
Menguasai bidang tertentu, misalnya ilmu bahasa, ilmu sastra, biologi, matematika, jurnalistik, ilmu pendidikan, filsafat, teknologi, dan pertanian, sangatlah diperlukan bagi seorang penyunting. Mengapa? Karena  hal ini tentu akan membantu dirinya dalam melaksanakan tugasnya.
Syarat yang terakhir adalah untuk menjadi seorang penyunting adalah penguasaan bahasa asing terutama bahasa yang digunakan di dunia internasional, yakni bahasa Inggris. Kenapa? Karena dalam menyunting naskah, seorang penyunting akan berhadapan dengan istilah-istilah bahasa Inggris atau istilah-istilah yang berasal dari bahasa Inggris. Jika tidak bisa menguasai bahasa Inggris secara aktif, minimal seorang penyunting harus menguasainya secara pasif. Artinya, seorang penyunting dapat memahami dan membaca teks berbahasa Inggris. Akan lebih baik lagi jika seorang penyunting menguasai tidak hanya bahasa Inggris, tapi juga bahasa-bahasa asing lain misalnya, bahasa Belanda, Jerman, Perancis, Spanyol, Arab, dan Jepang. Singkatnya, semakin banyak bahasa asing yang dikuasai, semakin baik seorang penyunting.
Sementara itu, Trim (2009) menyebutkan bahwa syarat utama untuk menjadi editor buku adalah memiliki keterampilan membaca dan menulis. Syarat utama ini harus dipenuhi karena menyiratkan keterampilan berbahasa yang baik dan benar. Selain itu, ada kompetensi nonteknis yang harus dimiliki, seperti kejujuran, kepercayaan diri, dan ketelitian. Untuk mengembangkan kariernya, editor membutuhkan empat kemampuan, yaitu (1) dapat memecahkan masalah, (2) mampu membuat keputusan, (3) menguasai komunikasi untuk membangun jaringan, dan (4) mengefektifkan dan mengefisienkan tugas-tugas. Di samping itu, Trim juga menyebutkan bahwa editor itu harus memiliki kriteria (a) Confidence atau percaya diri. Editor yang baik harus memiliki kepercayaan diri terhadap kecerdasan, pengetahuan, dan keterampilan menulis yang dimilikinya. Editor pun dituntut untuk memahami gaya selingkung, menguasai proses produksi, memiliki wawasan pengetahuan umum, dan harus mengerti sistem operasional standar editor; (b) Objectivity atau bersifat objektif. Editor harus objektif dan mampu menelisik materi-materi secara lebih mendalam dan memahami bagaimanapun banyak penulis memiliki kepribadian yang acuh tak acuh terhadap naskah yang ditulisnya; (c) Awareness atau kepedulian. Editor harus peduli terhadap sasaran pembaca yang dituju, tetapi terlebih-lebih dia harus peduli akan kinerja tim editorial; (d) Intelligence atau cerdas dan cergas. Editor yang baik harus memiliki berbagai macam latar belakang yang mendukungnya untuk menelisik berbagai materi naskah; (e) Questioning nature atau punya sifat ingin tahu/selalu bertanya. Editor yang baik tahu bahwa bertanya tentang apa pun bukanlah hal yang tabu; (f) Diplomacy atau mampu berdiplomasi. Editing adalah sebuah konfrontasi. Menulis adalah gabungan intelektual dan pengalaman emosional, dan editor yang baik akan meminimalisasikan timbulnya ketegangan antara editor dan penulis. Oleh sebab itu, diplomasi diperlukan mankala terjadi pertentangan yang menjurus pada debat kusir; (g) Ability to write atau mampu menulis. Editor yang baik harus memiliki kemampuan menulis di atas rata-rata; dan (h) Sense of humor atau punya selera humor. Editing merupakan pekerjaan yang penuh tekanan, oleh karena itu editor yang baik harus punya selera humor dan mampu tertawa meski di bawah banyak tekanan.     
3. Apa Saja Macam-macam Editor?
            Ada berapa macam penyunting? Menurut Sugihastuti (2006) karena luasnya cakupan kerja editor, ada berbagai jenis kualifikasi editor. Secara umum ada yang disebut chief editor, ia berkedudukan tinggi pada bagian penyuntingan. Ia bertanggung jawab mengontrol, mengelola, dan mengeluarkan kebijakan strategis yang berkaitan dengan proses editorial. Selain itu, ada pula managing editor, tugasnya adalah mengatur semua kegiatan teknis editorial yang dijalankan para editor. Tanggung jawab editor jenis ini tidak sebesar chief editor. Editor lainnya adalah senior editor, editor ini bertanggung jawab untuk mengatur rancangan pengadaan naskah. Dari mana dan karya siapa naskah bisa didapat. Memburu naskah untuk diterbitkan adalah tugasnya karena tidak semua naskah akan datang sendiri ke penerbit.
Copy editor adalah staf editor yang bertanggung jawab memeriksa dan memperbaiki naskah hingga memenuhi tingkat kelayakan umum dan sesuai dengan gaya khusus/selingkung (house style). Ada pula editor yang tugasnya membantu menangani masalah-masalah teknis seputar pernaskahan dan pendukung penyuntingan, seperti administrasi naskah, penyimpanan naskah, pencarian referensi, perhitungan biaya penyuntingan, dan sebagainya. Editor macam itu disebut asisstant editor.
Right editor adalah staf editor yang bertanggung jawab mengurusi masalah-masalah khusus seputar hak cipta (copy right) dan konvensi-konvensi adminitrasi penerbitan buku seperti KDT (Katalog Dalam Terbitan) dan ISBN (International Standard Book Number). Ada juga staf editor yang bertugas memeriksa dan memperbaiki akurasi bahan-bahan grafis, bukan batang tubuh teks, seperti foto, tabel, dan warna. Editor ini disebut dengan picture editor. Yang tidak kalah penting adalah editor bahasa. editor jenis ini adalah orang yang bertanggung jawab khusus perihal bahasa naskah.
Hampir senada dengan Sugihastuti, Meutia (2004) membagi editor menjadi akuisisi dan editor produksi. Menurutnya editor akuisisi adalah orang yang bertugas mencari naskah-naskah yang potensial untuk diterbitkan. Dia juga mengurusi segala sesuatu yang berkaitan dengan kontrak dan royalti. Terkadang dia juga bertindak layaknya seorang psikolog, memberikan perhatian pada hal-hal pribadi sehingga penulis yang sudah terkenal tidak lari ke penerbit lain dan menyemangati mereka agar terus berkarya.
Editor produksi bertanggung jawab penuh atas penggarapan sebuah naskah yang sudah dipastikan akan diterbitkan. Selain urusan pengemasan sampul dan isi, editor produksi juga bertanggung jawab untuk membuat info produk berkaitan dengan buku tersebut yang akan memudahkan bagian promosi dan penjualan untuk memasarkan buku tersebut. Dia bertanggung jawab pula untuk memberikan informasi tentang buku-buku yang akan terbit dan buku-buku yang sudah out of print. Selain dua editor ini, masih menurut Meutia, ada juga yang disebut dengan freelance editor alias penyunting lepas yang menawarkan jasanya pada individu atau penerbit.                                   
Trim (2009) berpendapat bahwa jenis-jenis editor terkait dengan jenjang karier yang ditapaki seorang editor. Berikut adalah jenjang karier editor menurutnya: (1) copyeditor; (2) editor yang terbagi menjadi associate editor, pictorial editor, dan rights editor; (3) senior editor yang terbagi menjadi acquisition editor dan development editor; (4) managing editor; dan  (5) chief editor.
4. Bagaimana Menyunting Teks Terjemahan?
            Di Indonesia, saat ini dibanjiri dengan buku-buku terjemahan. Setelah diterjemahkan buku-buku itu harus mengalami proses penyuntingan sebelum dicetak dan dilempar ke pembaca. Di sinilah seorang penyunting penerjemahan mengambil peran. Apakah semua editor dapat menjadi penyunting naskah terjemahan? Jawabannya belum tentu. Dari semua persyaratan untuk menjadi editor yang telah disebutkan di atas, terutama menurut Eneste (1995), ada dua hal yang mesti paling dikuasai oleh seorang penyunting teks terjemahan. Eneste (2005) menyebutkan dua hal itu adalah (a) menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran dengan baik atau paling tidak memahami BSU secara pasif, yakni dapat membaca teks; (b) harus siap-sedia kamus dwibahasa maupun ekabahasa. Selain kedua syarat itu, Eneste menambahkan satu syarat lagi, yaitu (c) mengetahui prinsip-prinsip dalam penerjemahan. Prinsip-prinsip dalam penerjemahan menurutnya adalah (1) terjemahan yang baik adalah terjemahan yang tidak terasa sebagai terjemahan dan (2) dalam menerjemahkan tidak berlaku hukum satu banding satu atau satu kata dapat diterjemahkan menjadi satu kata pula. Misalnya kata rice dalam bahasa Inggris tidak dapat diterjemahkan nasi saja, tapi dapat diterjemahkan pula menjadi padi, gabah, dan beras. 
            Berbeda dengan menyunting naskah nonterjemahan, seorang editor teks terjemahan mengalami kesulitan dibandingkan rekannya yang editor nonterjemahan. Bila mengalami kebingungan akan teks, penyunting nonterjemahan dapat menghubungi penulis atau pengarang naskah tersebut. Akan tetapi, ini tidak dapat dilakukan oleh editor terjemahan karena terdapat jarak yang jauh antara keduanya, penulisnya ada di luar negeri sementara penyuntingnya ada di Indonesia, dan adanya kendala waktu yang relatif lama apabila si penyunting benar-benar dapat menghubungi sang penulis. Untuk itu, dalam menyunting teks terjemahan, menurut Eneste (2005), ada dua cara yang dapat dilakukan oleh seorang penyunting terjemahan. Yang pertama adalah menghubungi penerjemah naskah untuk berkonsultasi. Akan tetapi, cara ini jarang dilaksanakan karena tidak efektif dan efisien. Cara yang dianggap efektif dan efisien adalah cara kedua, yaitu membandingkan atau mengadakan pengecekan secara langsung naskah terjemahan dengan buku aslinya. Dengan demikian, penyunting akan mengetahui dengan cepat apabila ada kesalahan atau ketidaktepatan dalam penerjemahan.
            Berdasarkan pengalaman pribadi menjadi editor terjemahan selama bertahun-tahun, saya dapat mengatakan bahwa prosedur atau langkah-langkah menyunting naskah terjemahan mirip dengan langkah-langkah menerjemahkan ala Nida dan Taber. Langkah-langkah menerjemahkan menurut Nida dan Taber ada tiga: (1) analisis atau berusaha memahami teks dengan cara membacanya; (2) transfer atau mulai menerjemahkan meski masih terasa kasar dan struktur kalimat masih terpengaruh bahasa sumber; dan (3) restrukturisasi atau memperbaiki terjemahan sesuai dengan struktur yang dapat diterima dalam bahasa sasaran.
            Langkah-langkah mengedit teks terjemahan pun mengalami proses yang mirip, yakni (i) membaca teks asli dalam bahasa sumber dan berusaha memahaminya sambil (ii) membuat terjemahan di dalam benak, kemudian (iii) menyunting hasil terjemahan dengan membandingkannya dengan teks dalam bahasa sumber. Ketiga langkah ini ditambah langkah terakhir yaitu (iv) membaca dengan teliti naskah yang telah disunting dari awal hingga akhir untuk memastikan bahwa tidak ada lagi kesalahan dan kekurangan baik dalam ketepatan terjemahan, gramatika, maupun ejaan sehingga terjemahan itu tidak terasa sebagai terjemahan.
                              
 Pustaka Acuan
Eneste, Pamusuk. 1995. Buku Pintar Penyuntingan Naskah. Jakarta: Obor.
______________. 2005. Buku Pintar Penyuntingan Naskah Edisi Kedua. Jakarta:
            Gramedia Pustaka Utama
Meutia, Sari. 2004. “Editor” dalam Harian Umum Republika, 7 Maret.
Sugihastuti. 2006. Editor Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Trim, Bambang. 2009. Taktis Menyunting Buku. Bandung: Maximalis.

2 komentar:

Bunga citra mengatakan...

kelinci99
Togel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
yukk daftar di www.kelinci99.casino

cici mengatakan...

Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny

Posting Komentar