MEMAHAMI PERBEDAAN ANTARA
LINGUISTIK TEORETIS DAN LINGUISTIK TERAPAN[1]
OLEH
HILMI AKMAL[2]
Pendahuluan
Makalah ini ditulis
berdasarkan adanya realitas yang ada di kalangan
orang-orang yang bergelut dalam bidang ilmu bahasa. Dalam pengamatan saya,
belum memahami perbedaan antara linguistik teoretis dan linguistik terapan. Makalah
ini akan membahas perbedaan antara
linguistik teoretis dan linguistik terapan dengan
harapan agar kita semua menjadi mafhum
akan perbedaan tersebut.
Apa Itu Linguistik?
Linguistik adalah ilmu yang mengkaji bahasa. Pengertian
bahasa menurut Kridalaksana (2005:
3) adalah sistem lambang bunyi yang disepakati untuk
dipergunakan oleh para anggota kelompok
masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.
Dari definisi tersebut dapat
diuraikan bahwa (1) bahasa adalah sebuah sistem. Maksudnya adalah bahasa itu bukanlah sejumlah unsur yang terkumpul secara tidak beraturan.
Seperti halnya sistem-sistem lain unsur-unsur bahasa
“diatur” seperti pola-pola yang berulang sehingga kalau
hanya salah satu bagian saja tidak tampak, dapatlah “diramalkan” atau
“dibayangkan” keseluruhannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bahasa itu sistematis, dapat
diuraikan atas satuan-satuan terbatas yang dapat diramalkan, dan juga sistemis, bukan sistem yang tunggal, tetapi terdiri dari beberapa subsistem, yakni
subsistem fonologi, subsistem gramatika dan subsistem leksikon; (2) bahasa adalah sistem tanda. Tanda adalah ‘hal atau benda yang mewakili sesuatu, atau
hal yang menimbulkan reaksi yang sama bila orang menanggapi’ (dengan cara mendengar, melihat, dan sebagainya) apa yang diwakilinya itu; (3) bahasa adalah sistem
bunyi. Pada dasarnya bahasa itu berupa bunyi. Tulisan
merupakan turunan belaka dari bunyi bahasa; (4) bahasa
digunakan berdasarkan kesepakatan agar orang dapat berkomunikasi dan bekerja sama; (5) bahasa
bersifat produktif. Artinya, sebagai sistem dari unsur-unsur yang jumlahnya terbatas
bahasa dapat dipakai secara tidak terbatas oleh
pemakainya; (6) bahasa bersifat unik. Maksudnya bahasa memiliki sistem yang khas yang tidak harus ada dalam bahasa lain; (7) sebaliknya, ada pula sifat-sifat bahasa yang dipunyai oleh bahasa lain sehingga ada sifat universal, ada pula yang hampir universal; (8) bahasa
memiliki variasi-variasi karena bahasa dipakai oleh kelompok manusia untuk
berkomunikasi dan bekerja sama dan pemakai bahasa itu banyak ragamnya; (9)
bahasa digunakan suatu kelompok sosial untuk mengidentifikasi dirinya, dan (10) bahasa itu memiliki fungsi karena
digunakan manusia yang masing-masing memiliki
cirinya sendiri-sendiri untuk pelbagai keperluan (Kridalaksana, 2005: 3-6).
Telah disebutkan di atas bahwa bahasa adalah sistem yang memiliki sub-subsistem, yaitu (a) subsistem fonologi, (b) subsistem gramatika, dan (c) subsistem leksikon. Dalam ketiga subsistem itulah
bertemu dunia bunyi dan dunia makna. Karena merupakan sistem tanda berupa bunyi, bahasa membentuk sebuah struktur yang bagannya adalah sebagai berikut (Kridalaksana, 2005 :
6):
IV I. Dunia Bunyi
II. Dunia Makna
A
III. Struktur Bahasa:
I B III II A. Leksikon
C B.
Gramatika
C. Fonologi
IV IV. Pragmatik
Gambar
1. Sistem Bahasa
Ilmu yang memelajari tentang bunyi
disebut fonetik, sedangkan bunyi
bahasa diuaikan dalam fonologi atau fonemik. Ilmu yang mengkaji makna disebut semantik.
Leksikon, gramatika, dan fonologi sebagai tiga
bagian dari struktur bahasa menyangkut
segi makna dan segi bunyi dari bahasa, oleh sebab itu juga menyangkut aspek semantik dan aspek fonetis. Subsistem atau
struktur leksikon mencakup perbendaharaan kata. Subsistem gramatika atau
tata bahasa terbagi atas morfologi dan sintaksis. Subsistem morfologi mencakup kata, bagian-bagiannya, dan proses pembentukannya.
Subsistem sintaksis mencakup
satuan-satuan yang lebih besar dari kata, seperti frasa, klausa,
kalimat, dan hubungan di antara satuan-satuan itu. Subsistem fonologi mencakup segi-segi bunyi
bahasa, baik yang berkaitan dengan
cirr-cirinya yang diteliti fonetik), maupun
yang bersangkutan dengan
fungsinya dalam komunikasi. Dikarenakan bahasa selalu diungkapkan dalam
konteks, ada unsur-unsur tertentu yang menyebabkan menyebabkan
serasi tidaknya sistem bahasa di dalamnya. Unsur-unsur luar
bahasa atau ekstrastruktural itu disebut pragmatik (Kridalaksana, 2005: 7).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada lima tataran linguistik (linguistics level), yaitu (1) fonetik/fonologi, (2) morfologi, (3) sintaksis, (4) semantik, dan (5) pragmatik.
Bahasa sudah
menarik minat manusia untuk dipelajari semenjak zaman Yunani (kurang lebih abad ke-6 SM). Secara garis besar studi tentang bahasa dapat dibedakan antara (1) tata bahasa tradisional dan (2) linguistik modern. Berikut ini akan diuraikan secara ringkas sejarah linguistik berdasarkan karya Robins (1995) dan tulisan yang saya unduh dari www.kwary.net.
Tata Bahasa Tradisional
Dalam tata bahasa tradisional, para filsuf Yunani meneliti apa yang dimaksud dengan bahasa dan apa hakikat bahasa. Para filsuf
tersebut sependapat bahwa bahasa adalah sistem tanda. Dikatakan bahwa manusia
hidup dalam tanda-tanda yang mencakup segala segi
kehidupan manusia, misalnya bangunan, kedokteran, kesehatan, dan geografi. Akan tetapi, mengenai hakikat
bahasa–apakah bahasa mirip realitas atau tidak–mereka belum sepakat. Dua filsuf
besar yang pemikirannya terus
berpengaruh sampai saat ini adalah Plato dan Aristoteles.
Plato berpendapat bahwa bahasa adalah physei atau mirip realitas; sedangkan Aristoteles
mempunyai pendapat sebaliknya, yaitu bahwa bahasa adalah thesei atau tidak mirip realitas kecuali onomatope dan lambang bunyi (sound symbolism). Pandangan Plato bahwa bahasa mirip
dengan realitas atau non-arbitrer diikuti oleh kaum naturalis; pandangan Aristoteles bahwa bahasa tidak
mirip dengan realitas atau arbitrer diikuti oleh kaum konvensionalis. Perbedaan pendapat ini juga merambah ke masalah keteraturan (regular)
atau ketidakteraturan (irregular) dalam bahasa. Kelompok penganut
pendapat adanya keteraturan bahasa adalah kaum analogis yang pandangannya tidak
berbeda dengan kaum naturalis; sedangkan kaum anomalis yang berpendapat adanya
ketidakteraturan dalam bahasa mewarisi pandangan kaum konvensionalis. Pandangan
kaum anomalis mempengaruhi
pengikut aliran Stoik. Kaum
Stoik lebih tertarik pada masalah
asal mula bahasa secara filosofis. Mereka
membedakan adanya empat jenis kelas kata, yakni nomina, verba, konjungsi dan artikel.
Pada awal abad ke-3 SM studi bahasa dikembangkan di kota Alexandria yang merupakan koloni Yunani. Di kota itu dibangun perpustakaan besar yang menjadi pusat penelitian
bahasa dan kesusastraan. Para ahli dari kota itu yang disebut kaum Alexandrian
meneruskan pekerjaan kaum Stoik, walaupun mereka
sebenarnya termasuk kaum analogis. Sebagai kaum analogis mereka mencari
keteraturan dalam bahasa dan berhasil membangun pola
infleksi bahasa Yunani. Apa yang dewasa ini disebut “tata bahasa tradisional”
atau “tata bahasa Yunani,”
sebenarnya itu tidak lain didasarkan pada hasil
karya kaum Alexandrian ini.
Salah seorang ahli bahasa bemama Dionysius
Thrax (akhir abad ke-2 SM) merupakan orang pertama yang berhasil membuat aturan tata bahasa secara sistematis serta
menambahkan kelas kata adverbia, partisipel,
pronomina dan preposisi terhadap empat
kelas kata yang sudah dibuat oleh kaum Stoik. Di samping itu, sarjana ini juga berhasil
mengklasifikasikan kata-kata bahasa Yunani menurut kasus, jender, jumlah, kala,
diatesis (voice)
dan modus.
Pengaruh tata bahasa Yunani pun sampai ke kerajaan Romawi. Para ahli tata bahasa Latin mengadopsi tata bahasa Yunani dalam
meneliti bahasa Latin dan hanya melakukan sedikit
modifikasi karena kedua bahasa itu mirip. Tata bahasa Latin dibuat atas dasar model tata bahasa Dionysius Thrax. Dua ahli
bahasa lainnya, Donatus
(tahun 400 M) dan Priscian
(tahun 500 M) juga membuat buku tata bahasa klasik dari bahasa Latin yang berpengaruh sampai ke abad pertengahan.
Selama abad ke-13 hingga ke-15 bahasa Latin memegang peranan penting
dalam dunia pendidikan di samping dalam agama Kristen. Pada masa itu gramatika tidak lain adalah teori tentang
kelas kata. Pada masa Renaisans bahasa Latin menjadi sarana untuk
memahami kesusastraan dan mengarang. Tahun 1513 Erasmus
mengarang tata bahasa Latin berdasarkan tata bahasa yang disusun oleh Donatus.
Minat meneliti bahasa-bahasa di Eropa sebenarnya sudah
dimulai sebelum zaman Renaisans, antara lain dengan ditulisnya tata bahasa Irlandia (abad 7 M), tata bahasa Eslandia (abad 12), dan sebagainya. Pada masa itu bahasa menjadi sarana
dalam kesusastraan dan bila menjadi objek penelitian di universitas tetap dalam
kerangka tradisional. Tata bahasa dianggap sebagai
seni berbicara (retorika) dan menulis dengan benar.
Tugas utama tata bahasa adalah memberi
petunjuk tentang pemakaian “bahasa yang baik,” yaitu bahasa kaum terpelajar. Petunjuk
pemakaian “bahasa yang baik” ini adalah untuk
menghindarkan terjadinya pemakaian unsur-unsur yang dapat “merusak” bahasa
seperti kata serapan, ragam
percakapan, dan sebagainya.
Tradisi tata bahasa Yunani-Latin
berpengaruh ke bahasa-bahasa Eropa lainnya.
Tata bahasa Dionysius Thrax pada abad ke-5 diterjemahkan ke dalam bahasa Armenia, kemudian ke dalam bahasa Siria. Selanjutnya para ahli tata bahasa Arab menyerap tata bahasa Siria.
Selain di Eropa dan Asia Barat, penelitian bahasa di Asia Selatan yang perlu diketahui adalah di India dengan ahli gramatikanya yang bernama Panini
(abad ke-4 SM). Tata bahasa Sanskrit yang disusun ahli ini memiliki
kelebihan di bidang fonetik. Keunggulan
ini antara lain karena adanya keharusan
untuk melafalkan dengan benar dan tepat doa dan nyanyian dalam kitab suci
Weda.
Sampai menjelang zaman Renaisans,
bahasa yang diteliti adalah bahasa
Yunani, dan Latin. Bahasa Latin mempunyai peran penting
pada masa itu karena digunakan sebagai
sarana dalam dunia pendidikan, administrasi dan diplomasi internasional di Eropa Barat. Pada zaman
Renaisans penelitian bahasa mulai berkembang ke bahasa-bahasa Roman (bahasa Prancis,
Spanyol, dan Italia) yang dianggap berindukkan
bahasa Latin, juga kepada bahasa-bahasa yang non-Roman seperti bahasa
Inggris, Jerman, Belanda, Swedia, dan Denmark.
Linguistik Modern
Linguistik modern terbagi menjadi dua,
yaitu linguistik abad ke-19 dan linguistik abad ke-20.
Linguistik
Abad ke-19
Pada abad ke-19
bahasa Latin sudah tidak digunakan
lagi dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam pemerintahan atau pendidikan.
Objek penelitian adalah bahasa-bahasa yang dianggap mempunyai
hubungan kekerabatan atau berasal dari satu induk bahasa.
Bahasa-bahasa dikelompokkan ke dalam keluarga bahasa atas dasar kemiripan fonologis
dan morfologis. Dengan
demikian, dapat diperkirakan apakah bahasa-bahasa tertentu berasal dari bahasa moyang yang sama atau berasal dari protobahasa (protolanguage) yang sama sehingga secara genetis terdapat
hubungan kekerabatan di antaranya. Bahasa-bahasa Roman, misalnya secara genetis dapat
ditelusuri berasal dari bahasa Latin yang menurunkan bahasa
Perancis, Spanyol, dan Italia.
Untuk mengetahui hubungan genetis di antara bahasa-bahasa
dilakukan metode komparatif. Antara tahun 1820-1870 para ahli linguistik berhasil membangun
hubungan sistematis di antara bahasa-bahasa Roman berdasarkan struktur fonologis dan morfologisnya. Pada tahun
1870 itu para ahli bahasa dari kelompok Junggramatiker
atau Neogrammarian berhasil
menemukan cara untuk mengetahui hubungan
kekerabatan antarbahasa berdasarkan metode komparatif.
Beberapa rumpun bahasa yang berhasil direkonstruksikan
sampai dewasa ini antara lain :
1. Rumpun Indo-Eropa: bahasa Jerman, Indo-Iran, Armenia, Baltik, Slavis, Roman, Keltik, Gaulis.
2. Rumpun Semito-Hamit: bahasa Arab, Ibrani, Etiopia.
3. Rumpun Chari-Nil; bahasa Bantu, Khoisan.
4. Rumpun Dravida: bahasa Telugu, Tamil, Kanari, Malayalam.
5. Rumpun Austronesia atau Melayu-Polinesia: bahasa
Melayu, Melanesia, Polinesia.
6. Rumpun Austro-Asiatik: bahasa Mon-Khmer, Palaung, Munda, Annam.
7. Rumpun Finno-Ugris: bahasa Ungar (Magyar), Samoyid.
8. Rumpun Altai: bahasa Turki, Mongol, Manchu, Jepang, Korea.
9. Rumpun Paleo-Asiatis: bahasa-bahasa di Siberia.
10. Rumpun Sino-Tibet: bahasa Cina, Thai, Tibeto-Burma.
11. Rumpun Kaukasus: bahasa Kaukasus Utara, Kaukasus Selatan.
12. Bahasa-bahasa Indian: bahasa Eskimo, Maya Sioux, Hokan
13. Bahasa-bahasa lain seperti bahasa di Papua, Australia dan Kadai.
Adapun ciri-ciri linguistik abad ke-19 adalah sebagai
berikut:
1)
Penelitian
bahasa dilakukan terhadap bahasa-bahasa di Eropa, baik bahasa-bahasa Roman maupun non-Roman.
2)
Bidang utama
penelitian adalah linguistik historis komparatif.
Yang diteliti adalah hubungan
kekerabatan dari bahasa-bahasa di Eropa untuk mengetahui
bahasa-bahasa mana yang berasal dari induk yang sama. Dalam metode
komparatif itu diteliti perubahan bunyi
kata-kata dari bahasa yang dianggap sebagai induk kepada
bahasa yang dianggap sebagai
keturunannya. Misalnya perubahan bunyi apa yang terjadi dari kata barang, yang dalam bahasa Latin berbunyi causa
menjadi chose
dalam bahasa Perancis, dan cosa
dalam bahasa Italia dan Spanyol.
3)
Pendekatan
bersifat atomistis. Unsur bahasa yang diteliti tidak dihubungkan
dengan unsur lainnya, misalnya penelitian tentang kata tidak dihubungkan dengan frase atau kalimat.
Linguistik Abad ke-20
Pada abad ke-20 penelitian bahasa
tidak ditujukan kepada bahasa-bahasa Eropa saja, tetapi juga kepada bahasa-bahasa yang ada di dunia seperti di Amerika (bahasa-bahasa Indian), Afrika (bahasa-bahasa Afrika) dan Asia (bahasa-bahasa Papua dan banyak bahasa di negara-negara di Asia). Ciri-ciri dari linguistik abad ke-20 adalah:
1) Penelitian meluas ke bahasa-bahasa di Amerika, Afrika, dan Asia.
2) Pendekatan dalam meneliti bersifat
strukturalistis, pada akhir abad 20 penelitian yang bersifat fungsionalis juga cukup menonjol.
3) Tata bahasa merupakan bagian ilmu dengan pembidangan yang semakin rumit. Secara garis besar dapat dibedakan atas mikrolinguistik,
makrolinguistik, dan sejarah linguistik.
4) Penelitian teoretis sangat berkembang.
5) Otonomi ilmiah makin menonjol, tetapi penelitian
antardisiplin juga berkembang.
6) Prinsip dalam meneliti adalah deskripsi dan sinkronis
Keberhasilan kaum Junggramatiker
merekonstruksi protobahasa-protobahasa di Eropa mempengaruhi pemikiran
para ahli linguistik abad ke-20, antara lain Ferdinand de Saussure. Sarjana ini tidak
hanya dikenal sebagai bapak linguistik modern, melainkan juga seorang tokoh gerakan
strukturalisme. Dalam strukturalisme bahasa dianggap sebagai sistem yang berkaitan (system of relation).
Elemen-elemennya seperti kata, bunyi saling berkaitan dan bergantung dalam membentuk
sistem tersebut. Beberapa ini adalah pokok pemikiran Saussure:
(1) Bahasa lisan lebih utama dari pada bahasa tulis. Tulisan
hanya merupakan sarana yang mewakili ujaran.
(2) Linguistik bersifat deskriptif, bukan preskriptif seperti
pada tata bahasa tradisional. Para ahli linguistik bertugas mendeskripsikan
bagaimana orang berbicara dan menulis dalam bahasanya,
bukan memberi keputusan bagaimana seseorang seharusnya berbicara.
(3) Penelitian bersifat sinkronis bukan diakronis
seperti pada linguistik abad ke-19. Walaupun bahasa
berkembang dan berubah, penelitian
dilakukan pada kurun waktu tertentu.
(4) Bahasa merupakan suatu sistem tanda yang bersisi dua, terdiri dari signifiant
(penanda) dan signifie
(petanda). Keduanya merupakan wujud yang tak terpisahkan, bila salah satu berubah, yang lain juga berubah.
(5) Bahasa formal maupun nonformal menjadi
objek penelitian.
(6) Bahasa merupakan sebuah sistem relasi dan mempunyai struktur.
(7) Dibedakan antara bahasa sebagai sistem yang terdapat dalam akal budi
pemakai bahasa dari suatu kelompok sosial (langue)
dengan bahasa sebagai manifestasi setiap penuturnya (parole).
(8) Dibedakan antara hubungan asosiatif dan sintagmatis dalam bahasa.
Hubungan asosiatif atau paradigmatis ialah hubungan antarsatuan bahasa dengan
satuan lain karena ada kesamaan bentuk atau
makna. Hubungan sintagmatis ialah hubungan antarsatuan pembentuk sintagma dengan
mempertentangkan suatu satuan dengan satuan lain yang mengikuti atau
mendahului.
Gerakan strukturalisme dari Eropa ini berpengaruh
sampai ke benua Amerika. Studi bahasa di Amerika pada abad ke-19 dipengaruhi oleh
hasil kerja akademis para ahli Eropa dengan nama deskriptivisme. Para ahli linguistik Amerika mempelajari
bahasa-bahasa suku Indian secara deskriptif dengan cara menguraikan struktur bahasa. Orang Amerika banyak yang menaruh perhatian pada
masalah bahasa. Thomas Jefferson, presiden Amerika yang ketiga (1801-1809),
menganjurkan agar supaya para ahli linguistik Amerika mulai meneliti
bahasa-bahasa orang Indian. Seorang ahli linguistik Amerika bemama William Dwight Whitney (1827-1894) menulis
sejumlah buku mengenai bahasa, antara lain Language and the Study of Language (1867).
Tokoh linguistik lain yang juga ahli antropologi adalah Franz Boas (1858-1942). Sarjana ini
mendapat pendidikan di Jerman, tetapi menghabiskan
waktu mengajar di negaranya sendiri. Karyanya
berupa buku Handbook of American Indian languages (1911-1922)
ditulis bersama sejumlah koleganya. Di dalam buku tersebut
terdapat uraian tentang fonetik, kategori makna dan proses gramatikal yang digunakan untuk
mengungkapkan makna. Pada tahun 1917 diterbitkan jurnal ilmiah berjudul International Journal of American Linguistics.
Pengikut Boas yang berpendidikan Amerika, Edward Sapir (1884-1939), juga seorang ahli antropologi
dinilai menghasilkan karya-karya yang sangat cemerlang di bidang fonologi. Bukunya, Language
(1921) sebagian besar mengenai tipologi
bahasa. Sumbangan Sapir yang patut dicatat adalah
mengenai klasifikasi bahasa-bahasa Indian.
Pemikiran Sapir berpengaruh pada
pengikutnya, Leonard Bloomfield (1887-1949), yang melalui kuliah dan karyanya mendominasi dunia linguistik sampai akhir
hayatnya. Pada tahun 1914 Bloomfield menulis buku An Introduction to Linguistic Science. Artikelnya juga banyak diterbitkan dalam
jurnal Language
yang didirikan oleh Linguistic Society of America tahun 1924. Pada
tahun 1933 sarjana ini menerbitkankan buku Language
yang mengungkapkan pandangan
behaviorismenya tentang fakta bahasa, yakni stimulus-response
atau rangsangan-tanggapan. Teori ini dimanfaatkan oleh Skinner (1957) dari Universitas Harvard dalam pengajaran
bahasa melalui teknik drill.
Dalam bukunya Language, Bloomfield mempunyai pendapat yang bertentangan dengan Sapir. Sapir berpendapat fonem sebagai
satuan psikologis, tetapi Bloomfield berpendapat fonem
merupakan satuan behavioral. Bloomfield dan pengikutnya melakukan
penelitian atas dasar struktur bahasa yang diteliti karena itu mereka disebut kaum strukturalisme dan pandangannya disebut
strukturalis.
Bloomfield beserta pengikutnya menguasai percaturan linguistik selama lebih dari 20 tahun. Selama kurun
waktu itu kaum Bloomfieldian berusaha menulis
tata bahasa deskriptif dari bahasa-bahasa yang belum memiliki aksara. Kaum Bloomfieldian telah berjasa
meletakkan dasar-dasar bagi penelitian linguistik di masa setelah itu.
Bloomfield berpendapat fonologi, morfologi, dan sintaksis merupakan bidang
mandiri dan tidak berhubungan. Tata bahasa lain yang memperlakukan bahasa
sebagai sistem hubungan adalah tata bahasa stratifikasi yang dipelopori oleh S.M. Lamb. Tata bahasa lainnya yang memperlakukan bahasa sebagai
sistem unsur adalah tata bahasa tagmemik yang dipelopori oleh K. Pike. Menurut pendekatan ini
setiap gatra diisi oleh sebuah elemen. Elemen ini bersama elemen lain membentuk suatu satuan yang disebut padatagmem.
Murid Sapir lainnya, Zellig Harris, mengaplikasikan metode
strukturalis ke dalam analisis segmen
bahasa. Sarjana ini mencoba menghubungkan struktur morfologis,
sintaktis, dan wacana dengan cara yang sama dengan yang dilakukan terhadap
analisis fonologis. Prosedur penelitiannya dipaparkan dalam bukunya Methods in Structural Linguistics (1951).
Ahli
linguistik yang cukup produktif dalam
membuat buku adalah Noam Chomsky. Sarjana inilah yang mencetuskan teori
transformasi melalui bukunya Syntactic Structures (1957), yang kemudian disebut classical theory. Dalam perkembangan
selanjutnya, teori transformasi dengan pokok pikiran kemampuan dan kinerja yang dicetuskannya melalui Aspects of the Theory of Syntax (1965) disebut standard theory. Karena pendekatan
teori ini secara sintaktis tanpa
menyinggung makna (semantik), teori ini disebut juga sintaksis generatif (generative syntax). Pada tahun 1968
sarjana ini mencetuskan teori extended standard theory. Selanjutnya pada
tahun 1970, Chomsky menulis buku generative semantics; tahun 1980 government and binding theory; dan tahun 1993 Minimalist program.
Perbedaan
antara Lingustik Teoretis dan Linguistik Terapan
Menurut
Kridalaksana (1997: 11), pada dasarnya linguistik mempunyai 2 bidang besar, yakni (1) Mikrolinguistik dan (2) Makrolinguistik. Mikrolinguistik
adalah bidang linguistik yang memelajari bahasa dari dalamnya, atau dengan kata lain memelajari struktur bahasa itu sendiri. Makrolinguistik
ialah bidang linguistik yang mengkaji bahasa dalam
hubungannya dengan faktor-faktor di luar bahasa, termasuk di dalamnya bidang
interdisiplin dan bidang terapan.
Dari sudut tujuan, masih menurut penyusun Kamus Linguistik itu, linguistik dapat dibagi menjadi :
(a) Linguistik teoretis
(b) Linguistik terapan
Linguistik teoretis
adalah bidang penelitian bahasa untuk mendapatkan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa,
sedangkan linguistik
terapan adalah penelitian atau
bidang yang tujuannya adalah untuk
memecahkan masalah-masalah praktis. Linguistik teoretis dapat
bersifat umum maupun khusus. Linguistik teoretis umum (atau
disebut juga linguistik umum) berupaya
memahami ciri-ciri umum dalam berbagai bahasa, sementara linguistik teoretis khusus
berusaha menyelidiki ciri-ciri khusus dalam bahasa tertentu saja.
Selain
bidang-bidang yang telah disebutkan di atas, ada pula penyelidikan bahasa yan
sifatnya interdisipliner, yakni
bidang penelitian bahasa yang bahannya maupun
pendekatannya menggunakan dan dipergunakan oleh ilmu lain.
Di luar kedua bidang itu, ada pula sejarah linguistik, yaitu cabang
ilmu yang menyelidiki perkembangan
seluk-beluk ilmu linguistik dari masa ke masa. Sejarah linguistik sudah saya singgung
di bagian Linguistik di atas. Pembidangan linguistik itu dapat digambarkan sebagai
berikut (Kridalaksana, 1997: 12):
Gambar tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut (Kridalaksana, 1997: 13):
Teori linguistik adalah cabang yang memusatkan perhatian pada
teori umum dan metode-metode umum dalam
penyelidikan bahasa.
Linguistik
deskriptif atau yang
dikenal juga sebagai linguistik sinkronis adalah yang menyelidiki sistem bahasa
pada waktu tertentu saja tanpa memerhatikan perkembangannya dari waktu ke waktu. Misalnya, bahasa Indonesia dewasa ini atau
bahasa Inggris zaman Shakespeare.
Linguistik
historis komparatif atau linguistik diakronis merupakan bidang linguistik yang menyelidiki perkembangan
bahasa dari satu masa ke masa lain, serta menyelidiki
perbandingan satu bahasa dengan bahasa lain.
Bidang-bidang
interdisipliner
Fonetik: ilmu yang menyelidiki bunyi; ilmu
interdisipliner linguistik dengan fisika,
anatomi, dan psikologi. Dalam linguistik bidang ini dianggap
amat penting karena menyangkut bunyi bahasa.
Stilistika: ilmu yang menyelidiki bahasa yang dipergunakan dalam
bentuk-bentuk sastra; ilmu interdisipliner linguistik dan ilmu susastra.
Filsafat bahasa:
ilmu yang menyelidiki kodrat dan kedudukan bahasa sebagai kegiatan manusia
serta dasar-dasar konseptual dan teoretis linguistik; ilmu
interdisipiner antara linguistik dan filsafat.
Psikolinguistik: ilmu yang memelajari hubungan antara
bahasa dengan perilaku dan akal budi manusia; ilmu
interdisipliner linguistik dan psikologi.
Sosiolinguistik: ilmu yang menyelidiki hubungan
antara bahasa dan masyarakat; ilmu
interdisipliner linguistik dengan sosiologi.
Etnolinguistik: ilmu yang menyelidiki hubungan
bahasa dan masyarakat pedesaan atau
masayarakat yang belum mempunyai tulisan.
Bidang ini disebut juga linguistik antropologi.
Filologi: ilmu yang memelajari bahasa bahasa,
kebudayaan, pranata, dan sejarah suatu bangsa yang tercantum dalam
bahan-bahan tertulis.
Semiotika: ilmu yang memelajari lambang-lambang
dan tanda-tanda.
Epigrafi: ilmu yang memelajari tulisan kuno
pada prasasti-prasasti.
Linguistik Terapan
Pengajaran
bahasa mencakup metode-metode
pengajaran bahasa, bahan pelajaran bahasa, cara-cara mengajar bahasa.
Penerjemahan mencakup metode dan teknik pengalihan amanat dari satu bahasa (bahasa
sumber) ke bahasa lain (bahasa sasaran).
Leksikografi mencakup metode dan teknik penyusunan kamus.
Fonetik terapan mencakup metode dan teknik pengucapan
bunyi-bunyi dengan tepat, misalnya untuk melatih orang yang gagap, untuk melatih
pemain drama, dan sebagainya.
Sosiolinguistik
terapan mencakup pemanfaatan
wawasan-wawasan sosiolinguistik untuk keperluan yang praktis, misalnya
perencanaan bahasa, pembinaan bahasa, pemberantasan buta huruf, dan lain-lain.
Pembinaan
bahasa internasional mencakup
usaha untuk menciptakan komunikasi dan saling pengertian
internasional dengan menyusun bahasa buatan Esperanto[3] dan Basic English.[4]
Pembinaan
bahasa khusus mencakup penyusunan peristilahan dan gaya bahasa alam bidang-bidang khusus, misalnya dalam
kalangan militer, dalam dunia penerbangan, dalam dunia pelayaran, dan lain-lain.
Linguistik medis mencakup cacat bahasa dan sebagainya (disebut juga patologi bahasa).
Grafologi adalah ilmu tentang tulisan.
Mekanolinguistik mencakup penggunaan linguistik dalam ilmu komputer dan usaha untuk membuat mesin
penerjemahan. Selain itu, ia adalah usaha memanfaatkan
komputer dalam penyelidikan bahasa, misalnya dalam menyusun konkodans
teks-teks, dalam penghitungan frekuensi kata-kata (untuk perkamusan dan untuk pengajaran bahasa).
Bidang ini juga dikenal sebagai linguistik komputasional.
Dari bagan dan penjelasan yang diberikan oleh Kridalaksana, sudah terlihat amat
jelas bahwa linuistik teoretis dan linguistik terapan amatlah berbeda. Berikut ini, agar lebih jelas lagi, saya akan uraikan tentang linguistik terapan. Linguistik terapan berpadanan dengan applied linguistics dalam bahasa Inggris. Dalam bahasa Jerman ia disebut angewandte Sprachwissenschaft dan linguistique applique dalam bahasa Perancis. Beberapa orang memberikan batasan tentang linguistik terapan, antara lain Wals yang mengatakan bahwa “applied linguistics refers to the use by language teacher of the findings of linguist (linguistik terapan mengacu pada penggunaan oleh guru bahasa dari temuan ahli bahasa).” Dari definisi Wals ini dapat dibedakan antara guru bahasa (language teachers) dan ahli bahasa (linguists). Ahli bahasa adalah orang-orang yang menghasilkan perian dan teori bahasa, sedangkan guru bahasa menghasilkan temuan itu dalam proses belajar mengajar yang dilakukannya. Selanjutnya Corder menyatakan bahwa “applied linguistics is utilization of the knowledge about the nature of language achieved by linguistic research for the improvement of efficiency of some practical task in which language is a central component (linguistik terapan adalah pemanfaatan pengetahuan tentan
hakekat bahasa yang dihasilkan oleh peneliti bahasa yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi tugas-tugas
praktis yang mengunakan bahasa sebagai komponen inti).” Corder pun menjelaskan bahwa “the application of linguistic knowledge to some object or applied linguistics, as its name implies is an activity. It is not a theoretical study. It makes use of the findings of theoretical studies. The applied linguist is a consumer or user, not a producer of theories (penerapan pengetahuan linguistik di dalam linguistik terapan adalah, sesuai namanya, adalah
sebuah aktivitas. Ia bukanlah kajian teroretis, tapi penerapan temuan dalam
studi teoretis. Orang yang bergerak dalam bidang linguistik terapan adalah
pengguna teori dan bukan penghasil teori [bahasa]).” (Pateda, 1991: 23-24).
Simpulan
Berdasarkan apa yang telah saya uraikan, dapatlah ditarik simpulan sebagai
berikut:
- Linguistik teoretis adalah linguistik yang mengkaji bahasa, baik secara sinkronis maupun diakronis, untuk menghasilkan teori bahasa.
- Linguistik terapan bukanlah teori, tapi penerapan teori, dalam hal ini teori linguistik.
- Mereka yang bergerak di bidang linguistik terapan bukanlah ahli bahasa atau linguis, tapi pemakai teori linguistik yang dihasilkan oleh ahli bahasa.
Penutup
Semoga makalah saya ini dapat membuka dan
menambah wawasan linguistik Anda. Anda pun menjadi paham akan perbedaan antara
linguistik teoretis dan linguistik terapan. Semoga pula dengan membaca makalah
ini, orang-orang yang bergerak di bidang linguistik terapan tapi tersesat di
bidang linguistik teoretis menjadi sadar dan kembali ke rumpun ilmunya yang
benar. Ingat, seekor kucing tetaplah seekor kucing meski ia ditempatkan di
kandang harimau dan merasa dirinya harimau.
Pustaka
Acuan
Kridalaksana, Harimurti, 1997.
“Pendahuluan” dalam Djoko Kentjono (peny.).
Dasar-dasar Linguistik Umum. Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
____________________, 2005. “Bahasa dan Linguistik” dalam Kushartanti,
Untung
Yuwono, dan Multamia RMT Lauder (peny.). Pesona Bahasa Langkah Awal
Memahami Linguistik. Jakarta
: Gramedia Pustaka Utama.
Kwary, Denny Arnos, “Gambaran Umum Ilmu
Bahasa.” Diunduh dari www.kwary.net
pada
Februari 2009.
Pateda,
Mansoer, 1991. Linguistik Terapan. Ende: Nusa Indah.
Robins, R. H. Sejarah Singkat Linguistik. Bandung: Penerbit ITB.
Robins, R. H. Sejarah Singkat Linguistik. Bandung: Penerbit ITB.
[1] Disampaikan pada acara diskusi dan peluncuran Linguitics Club, Selasa 2 Juni 2009 di Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
[2] Dosen Bahasa dan Sastra
Inggris FAH UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta,
Penerjemah dan Penyunting Buku Profesional, sekaligus
Koordinator Bidang Pengkajian dan Pelatihan Liguistics Club
[3] Eseperanto adalah bahasa buatan yang diperkenalkan oleh L. L. Zamenhof pada tahun 1887
sebagai bahasa buatan yang netral untuk orang-orang yang bahasa ibunya berbeda.
Bahasa itu menggabungkan unsur-unsur dari berbagai bahasa Eropa, tapi dengan sebuah struktur
morfologi yang dirancang agar jelas dan teratur.
[4] Basic English adalah bahasa buatan yang diciptakan oleh C. K. Ogden pada tahun 1930-an yang mengurangi kosakata bahasa
Inggris dengan maksud untuk digunakan secara internasional.
1 komentar:
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny
Posting Komentar