MENGUPAS DAN MENGULITI BUKU
PENGANTAR SINGKAT MEMBUAT RESENSI BUKU[1]
HILMI AKMAL[2]
PENDAHULUAN
Sebagai
insan akademis atau civitas academica,
buku merupakan benda yang tak asing bagi kita. Buku, lembar kertas yang
berjilid berisi tulisan atau kosong (Kamus
Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, 2013: 218), hadir di tengah-tengah
kehidupan kita sebagai penyangga atau bahkan landasan bagi kita untuk
mengembangkan wawasan, pikiran, dan pengetahuan.
Memiliki hasrat membaca buku,
keinginan untuk mereguk pengetahuan yang disodorkan di dalamnya, hukumnya wajib
bagi kita apabila ingin membuat hidup kita lebih baik. Membaca buku, bahkan
menjadi kutu buku, merupakan salah satu kunci pembuka pintu sukses di kehidupan
seseorang. Bila tidak percaya bacalah buku dengan judul Bukuku Kaki terbitan Gramedia Pustaka Utama (2004). Buku antologi
yang dieditori oleh St Sularto, Wandi S Brata, dan Pax Benedanto dalam rangka
perayaan 30 Tahun Penerbit Gramedia itu memuat testimoni sejumlah tokoh di
Indonesia terkait dengan buku. Salah satu tokoh yang menulis pengalamannya
dengan buku adalah Ajip Rosidi. Kegemarannya membaca telah mengantarkan dirinya
menjadi guru besar tamu di Jepang. Padahal, setahu saya, Ajip Rosidi tidak
menyelesaikan sekolahnya. Atau orang yang dekat dengan kita sebagai civitas academica UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, yakni Azyumardi Azra. Hobinya membaca buku membuat
dirinya berhasil meraih pangkat tertinggi bagi seorang dosen, guru besar, dan
menjadi rektor UIN Jakarta.
Namun,
untuk membaca buku tentulah kita harus menumbuhkan ketertarikan pada buku
terlebih dahulu. Salah satu caranya adalah membaca tinjauan tentang buku yang
lebih sering disebut sebagai resensi buku. Melalui resensi buku, kita dapat
mengetahui kelebihan dan kekurangan buku yang akan kita baca, syukur-syukur
akan kita beli dan miliki. Tulisan kali ini tidak akan membahas bagaimana
membaca resensi, tapi bagaimana membuat resensi terutama membuat resensi buku.
Jadi, pada bagian-bagian selanjutnya, saya akan menghunjam retina kalian dengan
kiat-kiat bagaimana mengupas dan menguliti buku yang tertuang dalam resensi.
Pengertian Resensi
Resensi
merupakan serapan dari kata bahasa Belanda, recentie,
yang berasal dari bahasa Latin, revidere
atau recensere yang mengandung makna
melihat kembali, menimbang, atau menilai (Samad, 1997: 1). Padanannya dalam
bahasa Inggris adalah review. Secara
definitif, Kamus Besar Bahasa Indonesia
Edisi Keempat (2013: 1168),
memaknainya sebagai pertimbangan atau pembicaraan tentang buku; ulasan buku,
sedang penulis resensi disebut peresensi.
Pengertian
review, sebagai ekuivalen dari
resensi, adalah a critical appraisal of a
book, play, film, etc. published in a newspaper or magazine (http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/review?q=review, diunduh
pada 11 Mei 2014). Menurut kamus bahasa Inggris lainnya yang tak kalah
otoritatif, yakni Merriam-Webster’s, review ialah, a report that gives someone's opinion about
the quality of a book, performance, product, etc (http://www.merriam-webster.com/dictionary/review,
diunduh pada 11 mei 2014).
Sementara itu, pengertian
tentang resensi yang bukan menurut kamus, disuguhkan Benny Rhamdani, seorang
peresensi. Menurutnya resensi buku
merupakan tulisan deskriptif yang berisi analisis kritis serta evaluasi
terhadap kualitas dari sebuah buku. Bukan ringkasan sebuah buku. Meresensi
berarti juga melacak kekuatan dan kelemahan dari materi yang dianalisis (http://media.kompasiana.com/buku/2013/10/29/tips-meresensi-buku-603230.html, diunduh
pada 11 Mei 2014).
Dari seluruh definisi itu dapat
disimpulkan bahwa resensi adalah mengupas dan menguliti dengan membuat ulasan
deskriptif secara kritis dengan membahas kualitas sebuah buku, pementasan
drama, film, dan sebagainya, yang berisi opini penulisnya yang dimuat di media
seperti majalah atau koran. Di media sendiri rubrik yang berisi resensi hadir
dengan berbagai nama, seperti timbangan buku, tinjauan buku, ulasan buku, dan
lain-lain. Apa pun namanya, inti dan isi rubrik itu tetap sama, memberikan
penilaian akan sebuah buku.
Tujuan Membuat Resensi
Samad
(1997: 2) menyatakan bahwa terdapat lima tujuan meresensi buku, yaitu:
1.
Memberikan
informasi atau pemahaman yang komprehensif tentang apa yang tampak dan
terungkap dalam sebuah buku.
2.
Mengajak
pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh fenomena
atau problema yang muncul dalam sebuah buku.
3.
Memberikan
pertimbangan kepada pembaca apakah sebuah buku pantas mendapat sambutan dari
masyarakat atau tidak.
4.
Menjawab
pertanyaan yang timbul jika seseorang melihat buku yang baru terbit, seperti:
a. Siapa pengarangnya?
b. Mengapa ia menulis buku itu
c. Apa pernyataannya?
d. Bagaimana hubungannya dengan
buku-buku sejenis karya pengarang yang sama?
e. Bagaimana hubungannya dengan
buku-buku sejenis yang dihasilkan oleh pengarang-pengarang lain?
5.
Untuk
segolongan pembaca resensi yang:
a. Membaca agar mendapatkan bimbingan
dalam memilih buku-buku;
b. Setelah membaca resensi berminat
untuk membaca atau mencocokkan seperti apa yang ditulis dalam resensi;
c. Tidak ada waktu untuk membaca buku
kemudian mengandalkan resensi sebagai sumber informasi.
Mirip, Ahmad pun dalam tulisannya
yang berjudul “Teknik Meresensi Buku” (http://forumlingkarpena.net/tips_menulis/read/teknik_menulis_resensi_buku/, diunduh pada 11 Mei 2014),
mengungkapkan pula bahwa ada lima tujuan menulis resensi buku, yakni:
1.
Membantu
pembaca (publik) yang belum berkesempatan membaca buku yang dimaksud (karena
buku yang diresensi biasanya buku baru) atau membantu mereka yang memang tidak
punya waktu membaca buku sedikit pun. Dengan adanya resensi, pembaca bisa mengetahui gambaran dan
penilaian umum terhadap buku tertentu. Setidaknya, dalam level praktis
keseharian, bisa dijadikan bahan obrolan yang bermanfaat dari pada menggosip
yang tidak jelas juntrungnya.
2.
Mengetahui
kelemahan dan kelebihan buku yang diresensi. Dengan begitu, pembaca bisa
belajar bagaimana semestinya membuat buku yang baik itu. Memang, peresensi bisa
saja sangat subjektif dalam menilai buku. Tapi, bagaimanapun juga tetap akan
punya manfaat (terutama kalau dipublikasikan di media cetak, karena telah
melewati seleksi redaktur). Lewat buku yang diresensi itulah peresensi belajar
melakukan kritik dan koreksi terhadap sebuah buku. Di sisi lain, seorang pembaca juga
akan melakukan pembelajaran yang sama. Pembaca bisa tahu dan secara tak sadar
akan menggumam pelan “Oooo buku ini begini…. begitu” setelah membaca karya
resensi.
3.
Mengetahui
latar belakang dan
alasan buku tersebut diterbitkan. Sisi Undercover-nya.
Kalaupun tidak bisa mendapatkan informasi yang demikian, peresensi tetap bisa mengacu pada
halaman pengantar atau prolog yang terdapat dalam sebuah buku. Kalau tidak,
informasi dari pemberitaan media tak jadi soal.
4.
Mengetahui
perbandingan buku yang telah dihasilkan penulis yang sama atau buku-buku karya
penulis lain yang sejenis. Peresensi yang punya “jam terbang” tinggi, biasanya
tidak melulu mengulas isi buku apa adanya. Biasanya, mereka juga menghadirkan
karya-karya sebelumnya yang telah ditulis oleh pengarang buku tersebut atau
buku-buku karya penulis lain yang sejenis. Hal ini tentu akan lebih memperkaya
wawasan pembaca nantinya.
5.
Bagi penulis
buku yang diresensi, informasi atas buku yang diulas bisa sebagai masukan
berharga bagi proses kreatif kepenulisan selanjutnya. Karena tak jarang
peresensi memberikan kritik yang tajam baik itu dari segi cara dan gaya
kepenulisan maupun isi dan substansi bukunya. Bagi penerbit resensi bisa
dijadikan wahana koreksi karena biasanya peresensi juga menyoroti soal font
(jenis huruf) mutu cetakan dan sebagainya.
Jenis-Jenis Tulisan Resensi Buku
Menurut
Samad (1997: 5-6), ada tiga jenis pola tulisan resensi, yakni (a) meringkas,
(b) menjabarkan, dan (c) mengulas. Meringkas (sinopsis), masih menurut Samad,
berarti menyajikan semua persoalan buku
secara padat dan jelas. Sebuah buku biasanya menyajikan banyak persoalan.
Masalah-masalah itu sebaiknya diringkas dengan memilih sejumlah masalah yang
dianggap penting dan ditulis dalam suatu uraian yang bernas. Menjabarkan
(deskripsi) berarti memberikan jabaran hal-hal yang menonjol dari sinopsis yang
sudah dilakukan. Bila perlu bagian-bagian yang mendukung uraian itu dikutip.
Mengulas berarti menyajikan ulasan sebagai berikut:
1.
Isi pernyataan atau materi buku yang sudah
dipadatkan dan dijabarkan kemudian diulas (diinterpretasikan);
2.
Organisasi atau kerangka buku;
3.
Bahasa;
4.
Kesalahan cetak;
5.
Membandingkan (komparasi) dengan buku-buku
sejenis, baik karya pengarang sendiri maupun pengarang lain;
6.
Menilai, mencakup kesan peresensi terhadap
buku, terutama buku yang berkaitan dengan keunggulan dan kelemahan buku.
Sedikit
mirip dengan Samad, Bahar (1996: 49-50) membagi tipologi resensi menjadi lima,
yaitu (a) meringkas, (b) menjabarkan, (c) menganalisis, (d) membandingkan (komparasi),
dan (e) memberi penekanan. Tipe meringkas berarti sekian persoalan di buku
diringkas dengan padat dan jelas. Menjabarkan berarti memberi penjabaran muatan
buku sebaik mungkin sehingga dapat menerangkan keseluruhan isi buku.
Menganalisis berarti mengupas segala aspek yang ada di dalam buku itu mulai
dari metode penulisannnya, cara pemaparannya, maupun metari atau isi buku. Membandingkan
berarti melakukan komparasi buku yang diresensi dengan buku-buku sejenis yang
pernah ada dalam hal materi, penampilan data, cara pemaparan, teknik penulisan,
dan sebagainya. Memberi penekanan, masih mengikuti jalan pikiran Bahar, adalah
jenis resensi untuk buku-buku kumpulan tulisan atau bunga rampai. Dalam resensi
jenis ini peresensi cukup mengambil uraian atau pendapat dari orang-orang yang
sudah punya nama atau yang paling terkenal dia antara penulis-penulis yang ada
di dalam buku antalogi itu.
Struktur Resensi Buku
Sama
seperti tulisan yang lainnya, tulisan berupa resensi juga memiliki struktur.
Bagaimanakah struktur resensi buku itu? Jika merunut pikiran Samad (1997: 9),
akan kita ketahui bahwa struktur sebuah resensi buku adalah (1) judul resensi,
(2) data buku, (3) pendahuluan, (4) isi pernyataan, dan terakhir (5) penutup. Berikut
ini akan diuraikan unsur-unsur yang membangun resensi buku itu (Samad, 1997:
7-8):
1.
Judul resensi.
Judul resensi yang menarik dan benar-benar menjiwai seluruh tulisan atau inti tulisan tidak harus
ditetapkan terlebih dahulu. Judul dapat dibuat jika resensi sudah selesai. Yang harus diingat, judul
resensi harus selaras dengan keseluruhan isi buku.
Judul resensi yang menarik dan benar-benar menjiwai seluruh tulisan atau inti tulisan tidak harus
ditetapkan terlebih dahulu. Judul dapat dibuat jika resensi sudah selesai. Yang harus diingat, judul
resensi harus selaras dengan keseluruhan isi buku.
2.
Menyusun data buku
Data buku biasanya disusun sebagai berikut:
Data buku biasanya disusun sebagai berikut:
a.
Judul buku (jika buku adalah buku
terjemahan, tuliskan juga judul aslinya).
b.
Pengarang (jika ada, tulislah juga
penerjemah dan editor atau penyunting seperti yang tertera di buku).
c.
Penerbit.
d.
Tahun terbit.
e.
Tebal buku
f.
Harga buku (jika ada)
3.
Membuat pembukaan (lead)
Pembukaan dapat dimulai dengan hal-hal berikut:
Pembukaan dapat dimulai dengan hal-hal berikut:
a.
Memperkenalkan siapa pengarangnya,
karyanya berbentuk apa, dan prestasi apa saja yang diperoleh.
b.
Membandingkan dengan buku sejenis yang
sudah ditulis baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pengarang lain.
c.
Memaparkan kekhasan atau sosok pengarang
d.
Memaparkan keunikan buku
e.
Merumuskan tema buku
f.
Mengungkapkan kritik terhadap kelemahan
buku
g.
Mengungkapkan kesan terhadap buku
h.
Memperkenalkan penerbit
i.
Mengajukan pertanyaan
j.
Membuka dialog
4.
Tubuh atau isi resensi buku
Tubuh atau isi pernyataan resensi biasanya memuat hal-hal di bawah ini:
Tubuh atau isi pernyataan resensi biasanya memuat hal-hal di bawah ini:
a.
Sinopsi atau isi buku secara bernas dan
kronologis
b.
Ulasan singkat buku dengan kutipan
secukupnya
c.
Keunggulan buku
d.
Kelemahan buku
e.
Rumusan kerangka buku
f.
Tinjauan bahasa (mudah atau
berbelit-belit)
g.
Adanya kesalahan cetak
5.
Penutup resensi buku
Bagian penutup biasanya berisi buku itu penting untuk siapa dan mengapa.
Bagian penutup biasanya berisi buku itu penting untuk siapa dan mengapa.
Langkah-langkah Resensi Buku
Terdapat
beberapa langkah membuat resensi. Berikut ini akan dihadirkan di antaranya.
Yang pertama adalah langkah-langkah menurut Samad (1997: 6-7):
1.
Penjajakan atau pengenalan terhadap buku
yang diresensi:
a. Mulai dari tema buku yang diresensi,
disertai deskripsi isi buku.
b. Siapa penerbit yang menerbitkan buku itu,
kapan dan di mana diterbitkan, tebal (jumlah bab dan halaman), format hingga
harga.
c. Siapa pengarangnya, nama, latar belakang
pendidikan, reputasi dan prestasi, buku atau karya apa saja yang ditulis hingga
mengapa ia menulis buku itu.
d. Buku itu termasuk golongan buku yang mana:
ekonomi, teknik, politik, pendidikan, psikologi, sosiologi, filsafat, bahasa,
atau sastra.
2.
Membaca buku yang akan diteliti secara
komprhensif, cermat, dan teliti. Peta permasalahan dalam buku itu perlu
dipahami secara tepat dan akurat.
3.
Menandai bagian-bagian buku yang
diperhatikan secara khusus dan menemukan bagian-bagian yang dikutip untuk
dijadikan data.
4.
Membuat sinopsis atau intisari dari buku
yang akan diresensi.
5.
Menentukan sikap dan menilai hal-hal
berikut:
a. Organisasi atau kerangka penulisan;
bagaimana hubungan antarbagian yang satu dan bagian yang lain, bagaimana
sistematikanya, dan bagaimana dinamikanya.
b. Isi pernyataan; bagaimana bobot idenya,
bagaimana analisisnya, bagaimana penyajian datanya, dan bagaimana kreativitas
pemikirannya.
c. Bahasa; bagaimana ejaan yang disempurkan
diterapkan, bagaimana kalimat dan penggunaan katanya, terutama untuk buku
ilmiah.
d. Aspek teknis; bagaimana tata letak,
bagaimana tata wajah, bagaimana kerapian dan kebersihan, dan pencatakannya
(banyak salah cetak atau tidak).
Sebelum menilai, alangkah baiknya jika terkebih dahulu dibuat semacam garis besar (outline) dari resensi itu. Outline ini sangat membantu kita ketika menulis.
Sebelum menilai, alangkah baiknya jika terkebih dahulu dibuat semacam garis besar (outline) dari resensi itu. Outline ini sangat membantu kita ketika menulis.
6.
Mengoreksi dan merevisi hasil resensi
dengan menggunakan dasar-dasar dan kriteria-kriteria yang kita tentukan
sebelumnya.
Hernowo,
dalam karyanya Quantum Writing (2003:
212-216) juga mengetengahkan cara-cara menulis resensi. Berikut adalah
lengkah-langkah membuat resensi ala Hernowo:
1.
Melakukan pemindaian (scanning) halaman awal buku. Sebelum mulai membaca, perhatikan
hal-hal berikut:
a.
Judul –apa yang tersirat dari judul?
b.
Kata pengantar
–memberikan informasi penting tentang tujuan pengarang menulis buku tersebut
dan membantu Anda menakar keberhasilan karyanya itu.
c.
Isi buku –memberi tahu Anda
tentang organisasi buku tersebut dan akan membantu dalam menentukan gagasan
utama pengarang atau bagaiman alur pengembangannya –secara kronologis,
berdasarkan topik, dan sebagainya.
2.
Bacalah isinya. Catat kesan-kesan Anda
saat membaca buku yang ingin ulas dan perhatikan bagian yang patut dikutip.
Ingat-ingat pertanyaan berikut:
a.
Apa bidang
kajian dan bagaimana buku itu
dimasukkan ke dalam kelompok tersebut? (jika perlu, gunakan sumber luar agar
Anda akrab dengan bidang kajian tersebut).
b.
Dari sudut
pandang mana isi buku itu ditulis?
c.
Bagaimana gaya penulisan si
pengarang? Formal atau informal? Sesuaikah dengan target pembaca? Jika ini
karya fiksi, teknik menulis apa yang dipakai penulis?
d.
Apakah konsepnya didefinisikan dengan
jelas? Sebagus apa pengembangan gagasan penulis? Bidang apa yang tercakup/tidak
tercakup di dalamnya? Mengapa? Hal ini membantu membangun otoritas buku tersebut.
e.
Jika buku tersebut adalah karya fiksi,
buat catatan mengenai unsur-unsur seperti penokohan,
plot, seting, dan bagaimana keterkaitan semuanya dengan tema buku. Bagaiman cara pengarang
menggambarkan tokoh-tokohnya? Bagaimana pengembangannya? Bagaimana struktur
plotnya?
f.
Seberapa akurat informasi buku itu? Periksa sumber luar jika perlu.
g.
Jika relevan, buat catatan mengenai format
buku –tata letak, penjilidan, tipografi, dan lain-lain. Apakah ada peta,
ilustrasi? Apakah gambar-gambar itu membantu pemahamana?
h.
Periksa halaman-halaman belakang.
Apakah indeksnya akurat? Sumber apa yang dipergunakan –primer atau sekunder?
Bagaimana memanfaatkannya? Catat kelalaian penting.
i.
Terakhir, sejauh mana prestasi buku itu?
Apakah diperlukan karya selanjutnya? Bandingkan buku itu dengan buku lain
dengan pengarang yang sama atau berbeda (gunakan daftar pustaka).
3.
Rujuk kepada sumber tambahan. Berusahalah
menemukan informasi lebih jauh tentang si pengarang–reputasi, kualifikasi,
pengaruhnya, dan lain-lain–informasi apa pun yang relevan dengan buku yang
ditulis dan yang akan membantu membangun otoritas
si pengarang. Pengetahuan tentang periode kesusastraan dan teori kritis juga
sangat berguna bagi ulasan Anda. Mintakan saran tentang sumber yang bisa
dipergunakan kepada orang-orang yang menguasai tema buku itu dan/atau
pustakawan rujukan.
4.
Persiapkan kerangka tulisan. Perhatikan
dengan cermat catatan Anda dan berusahalah menyatukan kesan Anda menjadi sebuah
pernyataan yang akan menggambarkan tujuan
atau tesis ulasan Anda. Argumen Anda
harus mengembangkan tesis itu dengan cara yang logis.
5.
Buat draf tulisan resensi. Amati kembali
catatan Anda; kemudian, menggunakan kerangka tadi sebagai panduan dan merujuk
kepada catatan jika perlu, mulailah menulis. Ulasan buku Anda harus meliputi:
a.
Informasi awal
–kutipan bibliografis lengkap tentang buku tersebut, yaitu judul lengkap,
penulis, tempat terbit, penerbit, tahun terbit, edisi, jumlah halaman, tambahan
khusus (peta, gambar/halaman berwarna, dan sebagainya), harga, dan ISBN contoh:
Rory
Maclean
Under the
Dragon
Travels
in a betrayed island
London:
Harper Collins, 1998
224 hh.
$37,50
0 00
257013 0
b.
Pembukaan –berusahalah memikat perhatian pembaca
dengan kalimat pembuka Anda. Pembukaan ini harus menyatakan tesis utama dan
menentukan nada ulasan Anda.
c.
Pengembangan –kembangkanlah tesis Anda dengan argumen
pendukung sebagaimana tersusun pada kerangkan tulisan Anda. Gunakanlah
deskripsi, evaluasi, dan jika memungkinkan penjelasan tentang alasan pengarang
menulis buku itu. Cantumkan kutipan untuk menggambarkan poin-poin penting atau
sesuatu yang ganjil.
d.
Kesimpulan –apabila tesis Anda terkemukakan dengan
baik, kesimpulan akan mengikuti dengan sendirinya. Kesimpulan ini berisikan
pernyataan terakhir atau sekadar mengulang tesis Anda. Jangan mengedepankan hal
baru di sini.
6.
Perbaiki draf Anda.
a.
Beri jeda yang cukup sebelum Anda
memeriksa ulang ulasan Anda, untuk mendapatkan perspektif.
b.
Dengan hati-hati baca naskah itu secara
menyeluruh, periksa kejernihan dan pertalian (antarbagian).
c.
Perbaiki tata bahasa dan ejaan.
d.
Cek kutipan untuk ketepatan catatan kaki.
Ahmad, dalam tulisannya yang
berjudul “Teknik Menulis Resensi Buku,” (http://forumlingkarpena.net/tips_menulis/read/teknik_menulis_resensi_buku/, diunduh
pada 13 Mei 2014) mengetengahkan bahwa langkah-langkah menulis resensi terbagi
menjadi tiga, yakni (a) tahap persiapan, (b) tahap pengerjaan, dan (c) tahap
publikasi. Berikut ini akan dijabarkan ketiga langkah tersebut:
A. Tahap Persiapan
1. Memilih jenis
buku. Tentu setiap orang mempunyai hobi dan minat tertentu pada sebuah buku.
Pada proses pemilihan ini akan lebih baik kalau kita fokus untuk meresensi
buku-buku tertentu yang menjadi minat atau sesuai dengan latar belakang pendidikan kita. Hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa seseorang tidak mungkin menguasai berbagai macam bidang
sekaligus. Ini terkait dengan ” otoritas ilmiah”. Tidak berarti membatasi atau
melarang-larang orang untuk meresensi buku. Tapi, hanya soal siapa berbicara apa.
Seorang guru tentu lebih paham bagaimana cara mengajar siswa dibandingkan
seorang tukang sayur.
2. Usahakan buku baru. Ini jika karya resensi akan
dipublikasikan di media cetak. Buku-buku yang sudah lama tentu kecil
kemungkinan akan termuat karena dinilai sudah basi dengan asumsi sudah banyak
yang membacanya. Sehingga tidak mengundang rasa penasaran. Untuk buku-buku lama
(yang diniatkan hanya sekedar untuk berbagi ilmu, bukan untuk mendapatkan
honor) tetap bisa diresensi dan dipublikasikan misalnya lewat blog (jurnal
personal).
3. Membuat anatomi buku. Yaitu informasi awal mengenai
buku yang akan diresensi. Contoh formatnya sebagai berikut;
Judul Karya Resensi
Judul Buku :
Penulis :
Penerbit :
Harga :
Tebal :
B. Tahap Pengerjaan
1. Membaca dengan detail dan mencatat hal-hal penting.
Ini yang membedakan antara pembaca biasa dan peresensi buku. Bagi pembaca
biasa, membaca bisa sambil lalu dan boleh menghentikan kapan saja. Bagi seorang
peresensi, mesti membaca buku sampai tuntas agar bisa mendapatkan informasi
buku secara menyeluruh. Begitu juga mencatat kutipan dan pemikiran yang dirasa
penting yang terdapat dalam buku tersebut.
2. Setelah membaca, mulai menuliskan karya resensi
buku yang dimaksud. Dalam karya resensi tersebut, setidaknya mengandung beberapa
hal;
• Informasi(anatomi) awal buku (seperti format
diatas).
• Tentukan judul yang menarik dan “provokatif”.
• Membuat ulasan singkat buku. Ringkasan garis besar
isi buku.
• Memberikan penilaian buku. (substansi isinya maupun
cover dan cetakan fisiknya) atau membandingkan dengan buku lain. Inilah
sesungguhnya fungsi utama seorang peresensi yaitu sebagai kritikus sehingga
bisa membantu publik menilai sebuah buku.
• Menonjolkan sisi yang beda atas buku yang diresensi
dengan buku lainnya.
• Mengulas manfaat buku tersebut bagi pembaca.
• Mengkoreksi karya resensi. Editing kelengkapan
karya, EYD dan sistematika jalan pikiran resensi yang telah dihasilkan. Yang
terpenting tentu bukan isi buku itu apa, tapi apa sikap dan penilaian peresensi
terhadap buku tersebut.
C. Tahap Publikasi
1. Karya disesuaikan dengan ruang media yang akan kita
kirimi resensi. Setiap media berbeda-beda panjang dan pendeknya. Mengikuti
syarat jumlah halaman dari media yang bersangkutan adalah sebuah langkah yang
aman bagi peresensi.
2. Menyertakan cover halaman depan buku.
3. Mengirimkan karya sesuai dengan jenis buku-buku
yang resensinya telah diterbitkan sebelumnya. Peresensi perlu menengok dan
memahami buku jenis apa yang sering dimuat pada sebuah media tertentu. Hal ini
untuk menghindari penolakan karya kita oleh redaktur.
Mursidi, seorang peresensi
profesional, dalam blog http://lapotta.wordpress.com (diunduh
pada 13 Mei 2014) menyatakan bahwa membuat langkah-langkah resensi adalah
sebagai berikut: (1) memilih buku yang
tepat dengan memilih apakah buku yang akan diresensi itu (a) buku aktual, (b)
buku bestseller, (c) buku
kontroversial, (d) buku pemikiran baru, (e) buku para pesohor; (2) membaca buku
untuk meresensi yang dapat dilakukan dengan cara (a) membaca cepat (speed reading), (b) membaca secara
sekilas, (c) membaca to the point;
(3) menunjang resensi dengan riset yang dapat dilakukan dengan melakukan (a)
riset internet, dan (b) meriset buku-buku dengan tema yang sama yang diresensi;
(4) membuat konsep tulisan resensi; (5) membuat judul resensi yang memikat; (6)
mencantumkan data buku; (7) membuat prolog resensi yang mengesankan dengan (a)
mengupas rekam jejak penulis, (b) mengajukan pertanyaan, (c) mengungkapkan
sekilas pemikiran penulis, (d) mengungkapkan tema buku, (e) membandingkan
dengan buku lain, (f) menguatkan dengan pendapat penulis lain, (g) mengaitkan
dengan peristiwa aktual, (h) mengutip hadits, ayat, atau kutipan tokoh terkenal, (i) mengukuhkan dengan kutipan dalam buku, (j) menjadikan pembuka buku sebagai prolog, dan (k) prolog bernada pujian atau kekaguman.
Sebagai peringkas dari semua
langkah-langkah tersebut, dapat disebutkan bahwa langkah-langkah meresensi buku adalah (1) membuat persiapan,
termasuk di dalamnya memilih buku apa yang akan diresensi, membaca buku
tersebut–dengan berbagai teknik membaca, dan menandai bagian-bagian buku yang
dianggap penting, (2) menuliskan draf atau outline
resensi, (3) menulis resensi, dan terakhir (4) memublikasikan resensi kita
–jika ingin dikirim ke media massa.
Penutup
Menulis
resensi bukanlah merangkum isi sebuah buku. Meresensi buku adalah mengulas buku
dengan mengupas dan menguliti kelebihan dan kekurangannya sebagai sebuah
etalase bagi pembaca yang hendak membaca atau membeli sebuah buku. Keterampilan
menulis resensi, di samping keterampilan menulis genre tulisan lainnya, mutlak
dimiliki bagi seorang insan akademis. Dengan berlatih menulis resensi, bahkan benar-benar
menuliskannya dan mengirimkannya ke media, dapat memberikan keuntungan baik
nonmateri, yakni bertambahnya wawasan dan pengetahuan kita dengan membaca buku
yang akan kita resensi, juga maupun materi, yaitu bertambahnya saldo di
rekening bank kita.
Pustaka Acuan
Ahmad, Yons. 2014. “Teknik Menulis Resensi
Buku” dalam
http://forumlingkarpena.net/tips_menulis/read/teknik_menulis_resensi_buku/, diunduh pada 11 hingga 13 Mei.
Bahar, Ahmad. 1996. Kiat Sukses Meraih Penghasilan dari Media Massa. Yogyakarta: Pena
Cendekia.
Hernowo. 2003. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya
Potensi Menulis. Bandung: Kaifa.
Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Keempat. 2013. Jakarta: Pusat Bahasa dan Gramedia
Pustaka Utama.
Mursidi, Nur. 2014. “Tips Menulis
Resensi Buku” dalam
http://lapotta.wordpress.com/2012/10/25/tips-menulis-resensi-buku/, diunduh pada 11-13
Mei.
Samad, Daniel. 1997. Dasar-dasar Meresensi Buku. Jakarta:
Grasindo.
Sularti, St, Wandi S.
Brata, dan Pax Benedanto (Ed.). 2004.
Bukuku Kakiku. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Rhamdani, Benny. 2014.
“Tips Meresensi Buku” dalam
http://media.kompasiana.com/buku/2013/10/29/tips-meresensi-buku-603230.html, diunduh
pada 11 Mei.
www.merriam-webter’s.com, diunduh pada 11 Mei 2014.
www.oxforddictionaries.com, diunduh pada 11 Mei 2014.
Lampiran
Contoh Resensi
(sumber: http://www.penerbitzaman.com/code.php?index=Kilasan_buku&act=article&ID=20, diunduh pada 11 Mei 2014).
NOVELISASI
SEJARAH AWAL ISLAM
Sumber: M. Iqbal Dawami
Sumber: M. Iqbal Dawami
Judul: Humaira, Ibunda Orang Beriman
Penulis: Kamran
Pasha
Penerjemah:
Hilmi Akmal
Penerbit: Zaman
Cetakan: I,
2010
Tebal: 616 hlm.
KAMRAN PASHA,
seorang sutradara muslim di Hollywood, telah menulis sebuah novel biografi Siti
Aisyah, istri Nabi Muhammad, dengan setting pada 613-678 Masehi. Usaha
penulisan novel ini disadari Pasha bahwa tidak semua muslim akan setuju dengan
penafsirannya mengenai Aisyah, umumnya sejarah Islam pada masa awal.
Namun, bagi
saya, usaha ini patut diapresiasi, lantaran belum banyak orang menulis biografi
Aisyah dengan pendekatan sastra. Jika di dalamnya ada yang tidak setuju itu
soal lain. Atau, bisa saja fakta berkebalikan, akan banyak orang tersentuh
dengan kisah Aisyah ini, dan banyak orang menjadi tahu sejarah Islam pada masa
awal lewat novel ini. Melalui novel ini, orang akan belajar lebih banyak
tentang Islam, dan Pasha—lewat novel ini—telah memberikan awal yang sangat
signifikan.
Aisyah, putri
Abu Bakar Ash-Shiddiq, menjadi “Ibunda dari Orang Mukmin” pada usia sembilan
ketika dia menikah dengan Nabi Muhammad. Selain berwajah rupawan—sehingga
dijuluki Humaira (wajah yang kemerah-merahan), Aisyah dianugerahi otak yang
sangat cerdas, melebihi kecerdasan orang-orang yang sebaya dengannya. Dia
mempunyai memori fotografis; mampu mengingat setiap peristiwa dan kata yang
diucapkan oleh Nabi Muhammad.
Hal itu sangat
berguna sekali bagi kaum muslim dalam pengumpulan Sunnah dan Hadis Nabi. Dalam
kedudukan sebagai perawi Hadis, Aisyah termasuk orang yang paling banyak
meriwayatkan Hadis, yaitu sebanyak 2210 Hadis. Keunggulan Siti Aisyah dalam
meriwayatkan Hadis, kadang-kadang ia bisa meng-istinbath-kan (mengkonklusikan)
beberapa masalah. Ia kerap berijtihad sendiri lalu diikuti oleh para sahabat
yang lain.
Pepatah
mengatakan bahwa ‘di balik setiap orang besar ada perempuan hebat’. Ya,
lewat novel ini, Pasha menunjukkannya, bahwa di balik raksasa sejarah Nabi
Muhammad ada seorang perempuan hebat bernama Aisyah. Setelah kematian Khadijah,
istri pertama Nabi Muhammad, Aisyah yang waktu itu berusia sembilan tahun
menjadi ibunda dari orang yang mukmin. Umat Islam berkembang menjadi sebuah
imperium dalam masa hidupnya.
Lewat narasi
Aisyah pembaca akan diperkenalkan sosok Nabi Muhammad yang bersahaja dan
sederhana. Muhammad adalah pusat dan sosok menakjubkan yang juga sangat
manusia. Aisyah mengisahkan sosok Nabi Muhammad bahwa dirinya belum pernah
bertemu laki-laki lain yang menikmati pekerjaan rumah tangga sederhana, seperti
memperbaiki sepatu atau menjahit pakaian yang sobek. Matanya yang hitam benar-benar
terfokus pada setiap tugas yang dihadapinya. Aisyah membayangkan betapa
sulitnya pasti laki-laki dengan temperamen lembut untuk tumbuh dalam dunia di
mana kekejaman dan agresi adalah keunggulannya, seperti yang diperlihatkan
orang Arab pada waktu itu.
Pasha pintar
sekali mendramatisir peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Islam dengan
lebih hidup. Pembaca akan turut merasakan dan menyaksikan petistiwa demi
peristiwa yang terjadi pada masa itu. Misalnya, ketika Umar bin Khattab
mencederai Bilal dan Tholhah, atau kekejaman Abu Jahal keluarga Sumayyah.
Contoh lainnya lagi prihal tuduhan palsu perzinahan Aisha dengan Shafwan. Sebab
tuduhan itu, hampir saja Aisyah diceraikan oleh Nabi.
Ketidakpercayaan
Nabi pada dirinya menandakan bahwa Nabi juga berasal dari daging yang sama dan
darah yang sama pula, dengan keraguan yang sama dan ketakutan layaknya melanda
hati manusia. Peristiwa ini merupakan perjuangan Aisyah yang baginya sebuah
jihad “cinta”-nya. Rasulullah sendiri begitu sayang kepadanya. Saking cintanya
Rasul pernah berujar, “Rasa cintaku kepadamu, wahai Aisyah, seperti Al-Urwatul
Wutsqo (pegangan yang kuat).” Hal ini membuat keputusan Pasha untuk
menceritakan sejarah Islam sebagai sebuah kisah cinta yang apik.
Buku Pasha
merembes dengan jenis gairah dan keintiman yang membuat sulit bagi saya untuk
meletakkannya meskipun saya benar-benar tahu persis apa yang akan terjadi
selanjutnya. Terlebih sejak kecil, saya sudah cukup akrab dengan kisah-kisah
sejarah Islam pada masa awal.
Pasha tampaknya
menunjukkan kompleksitas masyarakat Islam awal bahwa ortodoksi telah
mengabaikan selama berabad-abad, dan terutama di zaman modern ini. Humaira
adalah salah satu novel yang layak dibaca oleh siapa pun.
1 komentar:
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny
Posting Komentar