just write

just write

MENGUPAS DAN MENGULITI BUKU

Rabu, 20 Mei 2015



MENGUPAS DAN MENGULITI BUKU
PENGANTAR SINGKAT MEMBUAT RESENSI BUKU[1]

HILMI AKMAL[2]

PENDAHULUAN
                Sebagai insan akademis atau civitas academica, buku merupakan benda yang tak asing bagi kita. Buku, lembar kertas yang berjilid berisi tulisan atau kosong (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat, 2013: 218), hadir di tengah-tengah kehidupan kita sebagai penyangga atau bahkan landasan bagi kita untuk mengembangkan wawasan, pikiran, dan pengetahuan.
Memiliki hasrat membaca buku, keinginan untuk mereguk pengetahuan yang disodorkan di dalamnya, hukumnya wajib bagi kita apabila ingin membuat hidup kita lebih baik. Membaca buku, bahkan menjadi kutu buku, merupakan salah satu kunci pembuka pintu sukses di kehidupan seseorang. Bila tidak percaya bacalah buku dengan judul Bukuku Kaki terbitan Gramedia Pustaka Utama (2004). Buku antologi yang dieditori oleh St Sularto, Wandi S Brata, dan Pax Benedanto dalam rangka perayaan 30 Tahun Penerbit Gramedia itu memuat testimoni sejumlah tokoh di Indonesia terkait dengan buku. Salah satu tokoh yang menulis pengalamannya dengan buku adalah Ajip Rosidi. Kegemarannya membaca telah mengantarkan dirinya menjadi guru besar tamu di Jepang. Padahal, setahu saya, Ajip Rosidi tidak menyelesaikan sekolahnya. Atau orang yang dekat dengan kita sebagai civitas academica UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, yakni Azyumardi Azra. Hobinya membaca buku membuat dirinya berhasil meraih pangkat tertinggi bagi seorang dosen, guru besar, dan menjadi rektor UIN Jakarta.
                Namun, untuk membaca buku tentulah kita harus menumbuhkan ketertarikan pada buku terlebih dahulu. Salah satu caranya adalah membaca tinjauan tentang buku yang lebih sering disebut sebagai resensi buku. Melalui resensi buku, kita dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan buku yang akan kita baca, syukur-syukur akan kita beli dan miliki. Tulisan kali ini tidak akan membahas bagaimana membaca resensi, tapi bagaimana membuat resensi terutama membuat resensi buku. Jadi, pada bagian-bagian selanjutnya, saya akan menghunjam retina kalian dengan kiat-kiat bagaimana mengupas dan menguliti buku yang tertuang dalam resensi.
Pengertian Resensi
                Resensi merupakan serapan dari kata bahasa Belanda, recentie, yang berasal dari bahasa Latin, revidere atau recensere yang mengandung makna melihat kembali, menimbang, atau menilai (Samad, 1997: 1). Padanannya dalam bahasa Inggris adalah review. Secara definitif, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat (2013: 1168), memaknainya sebagai pertimbangan atau pembicaraan tentang buku; ulasan buku, sedang penulis resensi disebut peresensi.  
                Pengertian review, sebagai ekuivalen dari resensi, adalah a critical appraisal of a book, play, film, etc. published in a newspaper or magazine (http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/review?q=review, diunduh pada 11 Mei 2014). Menurut kamus bahasa Inggris lainnya yang tak kalah otoritatif, yakni Merriam-Webster’s, review ialah, a report that gives someone's opinion about the quality of a book, performance, product, etc (http://www.merriam-webster.com/dictionary/review, diunduh pada 11 mei 2014).     
                Sementara itu, pengertian tentang resensi yang bukan menurut kamus, disuguhkan Benny Rhamdani, seorang peresensi. Menurutnya resensi buku merupakan tulisan deskriptif yang berisi analisis kritis serta evaluasi terhadap kualitas dari sebuah buku. Bukan ringkasan sebuah buku. Meresensi berarti juga melacak kekuatan dan kelemahan dari materi yang dianalisis (http://media.kompasiana.com/buku/2013/10/29/tips-meresensi-buku-603230.html, diunduh pada 11 Mei 2014).
Dari seluruh definisi itu dapat disimpulkan bahwa resensi adalah mengupas dan menguliti dengan membuat ulasan deskriptif secara kritis dengan membahas kualitas sebuah buku, pementasan drama, film, dan sebagainya, yang berisi opini penulisnya yang dimuat di media seperti majalah atau koran. Di media sendiri rubrik yang berisi resensi hadir dengan berbagai nama, seperti timbangan buku, tinjauan buku, ulasan buku, dan lain-lain. Apa pun namanya, inti dan isi rubrik itu tetap sama, memberikan penilaian akan sebuah buku.
Tujuan Membuat Resensi
                Samad (1997: 2) menyatakan bahwa terdapat lima tujuan meresensi buku, yaitu:
1.       Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif tentang apa yang tampak dan terungkap dalam sebuah buku.
2.       Mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan mendiskusikan lebih jauh fenomena atau problema yang muncul dalam sebuah buku.
3.       Memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah sebuah buku pantas mendapat sambutan dari masyarakat atau tidak.
4.       Menjawab pertanyaan yang timbul jika seseorang melihat buku yang baru terbit, seperti:
a.       Siapa pengarangnya?
b.      Mengapa ia menulis buku itu
c.       Apa pernyataannya?
d.      Bagaimana hubungannya dengan buku-buku sejenis karya pengarang yang sama?
e.      Bagaimana hubungannya dengan buku-buku sejenis yang dihasilkan oleh pengarang-pengarang lain?
5.       Untuk segolongan pembaca resensi yang:
a.       Membaca agar mendapatkan bimbingan dalam memilih buku-buku;
b.      Setelah membaca resensi berminat untuk membaca atau mencocokkan seperti apa yang ditulis dalam resensi;                                       
c.       Tidak ada waktu untuk membaca buku kemudian mengandalkan resensi sebagai sumber informasi.
Mirip, Ahmad pun dalam tulisannya yang berjudul “Teknik Meresensi Buku” (http://forumlingkarpena.net/tips_menulis/read/teknik_menulis_resensi_buku/, diunduh pada 11 Mei 2014), mengungkapkan pula bahwa ada lima tujuan menulis resensi buku, yakni:
1.       Membantu pembaca (publik) yang belum berkesempatan membaca buku yang dimaksud (karena buku yang diresensi biasanya buku baru) atau membantu mereka yang memang tidak punya waktu membaca buku sedikit pun. Dengan adanya resensi, pembaca bisa mengetahui gambaran dan penilaian umum terhadap buku tertentu. Setidaknya, dalam level praktis keseharian, bisa dijadikan bahan obrolan yang bermanfaat dari pada menggosip yang tidak jelas juntrungnya.
2.       Mengetahui kelemahan dan kelebihan buku yang diresensi. Dengan begitu, pembaca bisa belajar bagaimana semestinya membuat buku yang baik itu. Memang, peresensi bisa saja sangat subjektif dalam menilai buku. Tapi, bagaimanapun juga tetap akan punya manfaat (terutama kalau dipublikasikan di media cetak, karena telah melewati seleksi redaktur). Lewat buku yang diresensi itulah peresensi belajar melakukan kritik dan koreksi terhadap sebuah buku. Di sisi lain, seorang pembaca juga akan melakukan pembelajaran yang sama. Pembaca bisa tahu dan secara tak sadar akan menggumam pelan “Oooo buku ini begini…. begitu” setelah membaca karya resensi.
3.       Mengetahui latar belakang dan alasan buku tersebut diterbitkan. Sisi Undercover-nya. Kalaupun tidak bisa mendapatkan informasi yang demikian, peresensi tetap bisa mengacu pada halaman pengantar atau prolog yang terdapat dalam sebuah buku. Kalau tidak, informasi dari pemberitaan media tak jadi soal.
4.       Mengetahui perbandingan buku yang telah dihasilkan penulis yang sama atau buku-buku karya penulis lain yang sejenis. Peresensi yang punya “jam terbang” tinggi, biasanya tidak melulu mengulas isi buku apa adanya. Biasanya, mereka juga menghadirkan karya-karya sebelumnya yang telah ditulis oleh pengarang buku tersebut atau buku-buku karya penulis lain yang sejenis. Hal ini tentu akan lebih memperkaya wawasan pembaca nantinya.
5.       Bagi penulis buku yang diresensi, informasi atas buku yang diulas bisa sebagai masukan berharga bagi proses kreatif kepenulisan selanjutnya. Karena tak jarang peresensi memberikan kritik yang tajam baik itu dari segi cara dan gaya kepenulisan maupun isi dan substansi bukunya. Bagi penerbit resensi bisa dijadikan wahana koreksi karena biasanya peresensi juga menyoroti soal font (jenis huruf) mutu cetakan dan sebagainya.
Jenis-Jenis Tulisan Resensi Buku
Menurut Samad (1997: 5-6), ada tiga jenis pola tulisan resensi, yakni (a) meringkas, (b) menjabarkan, dan (c) mengulas. Meringkas (sinopsis), masih menurut Samad, berarti menyajikan semua  persoalan buku secara padat dan jelas. Sebuah buku biasanya menyajikan banyak persoalan. Masalah-masalah itu sebaiknya diringkas dengan memilih sejumlah masalah yang dianggap penting dan ditulis dalam suatu uraian yang bernas. Menjabarkan (deskripsi) berarti memberikan jabaran hal-hal yang menonjol dari sinopsis yang sudah dilakukan. Bila perlu bagian-bagian yang mendukung uraian itu dikutip. Mengulas berarti menyajikan ulasan sebagai berikut:
1.       Isi pernyataan atau materi buku yang sudah dipadatkan dan dijabarkan kemudian diulas (diinterpretasikan);
2.       Organisasi atau kerangka buku;
3.       Bahasa;
4.       Kesalahan cetak;
5.       Membandingkan (komparasi) dengan buku-buku sejenis, baik karya pengarang sendiri maupun pengarang lain;
6.       Menilai, mencakup kesan peresensi terhadap buku, terutama buku yang berkaitan dengan keunggulan dan kelemahan buku.
Sedikit mirip dengan Samad, Bahar (1996: 49-50) membagi tipologi resensi menjadi lima, yaitu (a) meringkas, (b) menjabarkan, (c) menganalisis, (d) membandingkan (komparasi), dan (e) memberi penekanan. Tipe meringkas berarti sekian persoalan di buku diringkas dengan padat dan jelas. Menjabarkan berarti memberi penjabaran muatan buku sebaik mungkin sehingga dapat menerangkan keseluruhan isi buku. Menganalisis berarti mengupas segala aspek yang ada di dalam buku itu mulai dari metode penulisannnya, cara pemaparannya, maupun metari atau isi buku. Membandingkan berarti melakukan komparasi buku yang diresensi dengan buku-buku sejenis yang pernah ada dalam hal materi, penampilan data, cara pemaparan, teknik penulisan, dan sebagainya. Memberi penekanan, masih mengikuti jalan pikiran Bahar, adalah jenis resensi untuk buku-buku kumpulan tulisan atau bunga rampai. Dalam resensi jenis ini peresensi cukup mengambil uraian atau pendapat dari orang-orang yang sudah punya nama atau yang paling terkenal dia antara penulis-penulis yang ada di dalam buku antalogi itu.  
Struktur Resensi Buku
Sama seperti tulisan yang lainnya, tulisan berupa resensi juga memiliki struktur. Bagaimanakah struktur resensi buku itu? Jika merunut pikiran Samad (1997: 9), akan kita ketahui bahwa struktur sebuah resensi buku adalah (1) judul resensi, (2) data buku, (3) pendahuluan, (4) isi pernyataan, dan terakhir (5) penutup. Berikut ini akan diuraikan unsur-unsur yang membangun resensi buku itu (Samad, 1997: 7-8):
1.       Judul resensi.
         Judul resensi yang menarik dan benar-benar menjiwai seluruh tulisan atau inti tulisan tidak harus   
         ditetapkan terlebih dahulu. Judul dapat dibuat jika resensi sudah selesai. Yang harus diingat, judul 
         resensi harus selaras dengan keseluruhan isi buku.
2.       Menyusun data buku
         Data buku biasanya disusun sebagai berikut:
a.       Judul buku (jika buku adalah buku terjemahan, tuliskan juga judul aslinya).
b.      Pengarang (jika ada, tulislah juga penerjemah dan editor atau penyunting seperti yang tertera di buku).
c.       Penerbit.
d.      Tahun terbit.
e.      Tebal buku
f.        Harga buku (jika ada)
3.       Membuat pembukaan (lead)
         Pembukaan dapat dimulai dengan hal-hal berikut:
a.       Memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berbentuk apa, dan prestasi apa saja yang diperoleh.
b.      Membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pengarang lain.
c.       Memaparkan kekhasan atau sosok pengarang
d.      Memaparkan keunikan buku
e.      Merumuskan tema buku
f.        Mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku
g.       Mengungkapkan kesan terhadap buku
h.      Memperkenalkan penerbit
i.         Mengajukan pertanyaan
j.        Membuka dialog
4.       Tubuh atau isi resensi buku
        Tubuh atau isi pernyataan resensi biasanya memuat hal-hal di bawah ini:
a.       Sinopsi atau isi buku secara bernas dan kronologis
b.      Ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya
c.       Keunggulan buku
d.      Kelemahan buku
e.      Rumusan kerangka buku
f.        Tinjauan bahasa (mudah atau berbelit-belit)
g.       Adanya kesalahan cetak
5.       Penutup resensi buku
        Bagian penutup biasanya berisi buku itu penting untuk siapa dan mengapa.
Langkah-langkah Resensi Buku
                Terdapat beberapa langkah membuat resensi. Berikut ini akan dihadirkan di antaranya. Yang pertama adalah langkah-langkah menurut Samad (1997: 6-7):
1.  Penjajakan atau pengenalan terhadap buku yang diresensi:
a.  Mulai dari tema buku yang diresensi, disertai deskripsi isi buku.
b.  Siapa penerbit yang menerbitkan buku itu, kapan dan di mana diterbitkan, tebal (jumlah bab dan halaman), format hingga harga.
c.  Siapa pengarangnya, nama, latar belakang pendidikan, reputasi dan prestasi, buku atau karya apa saja yang ditulis hingga mengapa ia menulis buku itu.
d.  Buku itu termasuk golongan buku yang mana: ekonomi, teknik, politik, pendidikan, psikologi, sosiologi, filsafat, bahasa, atau sastra.
2.   Membaca buku yang akan diteliti secara komprhensif, cermat, dan teliti. Peta permasalahan dalam buku itu perlu dipahami secara tepat dan akurat.
3.   Menandai bagian-bagian buku yang diperhatikan secara khusus dan menemukan bagian-bagian yang dikutip untuk dijadikan data.
4.   Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang akan diresensi.
5.   Menentukan sikap dan menilai hal-hal berikut:
a.   Organisasi atau kerangka penulisan; bagaimana hubungan antarbagian yang satu dan bagian yang lain, bagaimana sistematikanya, dan bagaimana dinamikanya.
b.   Isi pernyataan; bagaimana bobot idenya, bagaimana analisisnya, bagaimana penyajian datanya, dan bagaimana kreativitas pemikirannya.
c.   Bahasa; bagaimana ejaan yang disempurkan diterapkan, bagaimana kalimat dan penggunaan katanya, terutama untuk buku ilmiah.
d.   Aspek teknis; bagaimana tata letak, bagaimana tata wajah, bagaimana kerapian dan kebersihan, dan pencatakannya (banyak salah cetak atau tidak).
      Sebelum menilai, alangkah baiknya jika terkebih dahulu dibuat semacam garis besar (outline) dari resensi itu. Outline ini sangat membantu kita ketika menulis.
6.       Mengoreksi dan merevisi hasil resensi dengan menggunakan dasar-dasar dan kriteria-kriteria yang kita tentukan sebelumnya.
Hernowo, dalam karyanya Quantum Writing (2003: 212-216) juga mengetengahkan cara-cara menulis resensi. Berikut adalah lengkah-langkah membuat resensi ala Hernowo:
1.       Melakukan pemindaian (scanning) halaman awal buku. Sebelum mulai membaca, perhatikan hal-hal berikut:
a.       Judul –apa yang tersirat dari judul?
b.      Kata pengantar –memberikan informasi penting tentang tujuan pengarang menulis buku tersebut dan membantu Anda menakar keberhasilan karyanya itu.
c.       Isi buku –memberi tahu Anda tentang organisasi buku tersebut dan akan membantu dalam menentukan gagasan utama pengarang atau bagaiman alur pengembangannya –secara kronologis, berdasarkan topik, dan sebagainya.
2.       Bacalah isinya. Catat kesan-kesan Anda saat membaca buku yang ingin ulas dan perhatikan bagian yang patut dikutip. Ingat-ingat pertanyaan berikut:
a.       Apa bidang kajian dan bagaimana buku itu dimasukkan ke dalam kelompok tersebut? (jika perlu, gunakan sumber luar agar Anda akrab dengan bidang kajian tersebut).
b.      Dari sudut pandang mana isi buku itu ditulis?
c.       Bagaimana gaya penulisan si pengarang? Formal atau informal? Sesuaikah dengan target pembaca? Jika ini karya fiksi, teknik menulis apa yang dipakai penulis?
d.      Apakah konsepnya didefinisikan dengan jelas? Sebagus apa pengembangan gagasan penulis? Bidang apa yang tercakup/tidak tercakup di dalamnya? Mengapa? Hal ini membantu membangun otoritas buku tersebut.
e.      Jika buku tersebut adalah karya fiksi, buat catatan mengenai unsur-unsur seperti penokohan, plot, seting, dan bagaimana keterkaitan semuanya dengan tema buku. Bagaiman cara pengarang menggambarkan tokoh-tokohnya? Bagaimana pengembangannya? Bagaimana struktur plotnya?
f.        Seberapa akurat informasi buku itu? Periksa sumber luar jika perlu.
g.       Jika relevan, buat catatan mengenai format buku –tata letak, penjilidan, tipografi, dan lain-lain. Apakah ada peta, ilustrasi? Apakah gambar-gambar itu membantu pemahamana?
h.      Periksa halaman-halaman belakang. Apakah indeksnya akurat? Sumber apa yang dipergunakan –primer atau sekunder? Bagaimana memanfaatkannya? Catat kelalaian penting.
i.         Terakhir, sejauh mana prestasi buku itu? Apakah diperlukan karya selanjutnya? Bandingkan buku itu dengan buku lain dengan pengarang yang sama atau berbeda (gunakan daftar pustaka).
3.       Rujuk kepada sumber tambahan. Berusahalah menemukan informasi lebih jauh tentang si pengarang–reputasi, kualifikasi, pengaruhnya, dan lain-lain–informasi apa pun yang relevan dengan buku yang ditulis dan yang akan membantu membangun otoritas si pengarang. Pengetahuan tentang periode kesusastraan dan teori kritis juga sangat berguna bagi ulasan Anda. Mintakan saran tentang sumber yang bisa dipergunakan kepada orang-orang yang menguasai tema buku itu dan/atau pustakawan rujukan.
4.       Persiapkan kerangka tulisan. Perhatikan dengan cermat catatan Anda dan berusahalah menyatukan kesan Anda menjadi sebuah pernyataan yang akan menggambarkan tujuan atau tesis ulasan Anda. Argumen Anda harus mengembangkan tesis itu dengan cara yang logis.
5.       Buat draf tulisan resensi. Amati kembali catatan Anda; kemudian, menggunakan kerangka tadi sebagai panduan dan merujuk kepada catatan jika perlu, mulailah menulis. Ulasan buku Anda harus meliputi:
a.       Informasi awal –kutipan bibliografis lengkap tentang buku tersebut, yaitu judul lengkap, penulis, tempat terbit, penerbit, tahun terbit, edisi, jumlah halaman, tambahan khusus (peta, gambar/halaman berwarna, dan sebagainya), harga, dan ISBN contoh:
Rory Maclean
Under the Dragon
Travels in a betrayed island
London: Harper Collins, 1998
224 hh. $37,50
0 00 257013 0
b.      Pembukaan –berusahalah memikat perhatian pembaca dengan kalimat pembuka Anda. Pembukaan ini harus menyatakan tesis utama dan menentukan nada ulasan Anda.
c.       Pengembangan –kembangkanlah tesis Anda dengan argumen pendukung sebagaimana tersusun pada kerangkan tulisan Anda. Gunakanlah deskripsi, evaluasi, dan jika memungkinkan penjelasan tentang alasan pengarang menulis buku itu. Cantumkan kutipan untuk menggambarkan poin-poin penting atau sesuatu yang ganjil.
d.      Kesimpulan –apabila tesis Anda terkemukakan dengan baik, kesimpulan akan mengikuti dengan sendirinya. Kesimpulan ini berisikan pernyataan terakhir atau sekadar mengulang tesis Anda. Jangan mengedepankan hal baru di sini.
6.       Perbaiki draf Anda.
a.       Beri jeda yang cukup sebelum Anda memeriksa ulang ulasan Anda, untuk mendapatkan perspektif.
b.      Dengan hati-hati baca naskah itu secara menyeluruh, periksa kejernihan dan pertalian (antarbagian).
c.       Perbaiki tata bahasa dan ejaan.   
d.      Cek kutipan untuk ketepatan catatan kaki.
Ahmad, dalam tulisannya yang berjudul “Teknik Menulis Resensi Buku,” (http://forumlingkarpena.net/tips_menulis/read/teknik_menulis_resensi_buku/, diunduh pada 13 Mei 2014) mengetengahkan bahwa langkah-langkah menulis resensi terbagi menjadi tiga, yakni (a) tahap persiapan, (b) tahap pengerjaan, dan (c) tahap publikasi. Berikut ini akan dijabarkan ketiga langkah tersebut:
A. Tahap Persiapan
1.  Memilih jenis buku. Tentu setiap orang mempunyai hobi dan minat tertentu pada sebuah buku. Pada proses pemilihan ini akan lebih baik kalau kita fokus untuk meresensi buku-buku tertentu yang menjadi minat atau sesuai dengan latar belakang pendidikan kita. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa seseorang tidak mungkin menguasai berbagai macam bidang sekaligus. Ini terkait dengan ” otoritas ilmiah”. Tidak berarti membatasi atau melarang-larang orang untuk meresensi buku. Tapi, hanya soal siapa berbicara apa. Seorang guru tentu lebih paham bagaimana cara mengajar siswa dibandingkan seorang tukang sayur.
2. Usahakan buku baru. Ini jika karya resensi akan dipublikasikan di media cetak. Buku-buku yang sudah lama tentu kecil kemungkinan akan termuat karena dinilai sudah basi dengan asumsi sudah banyak yang membacanya. Sehingga tidak mengundang rasa penasaran. Untuk buku-buku lama (yang diniatkan hanya sekedar untuk berbagi ilmu, bukan untuk mendapatkan honor) tetap bisa diresensi dan dipublikasikan misalnya lewat blog (jurnal personal).
3. Membuat anatomi buku. Yaitu informasi awal mengenai buku yang akan diresensi. Contoh formatnya sebagai berikut;
                Judul Karya Resensi
Judul Buku :
Penulis :
Penerbit :
Harga :
Tebal :
B. Tahap Pengerjaan
1. Membaca dengan detail dan mencatat hal-hal penting. Ini yang membedakan antara pembaca biasa dan peresensi buku. Bagi pembaca biasa, membaca bisa sambil lalu dan boleh menghentikan kapan saja. Bagi seorang peresensi, mesti membaca buku sampai tuntas agar bisa mendapatkan informasi buku secara menyeluruh. Begitu juga mencatat kutipan dan pemikiran yang dirasa penting yang terdapat dalam buku tersebut.
2. Setelah membaca, mulai menuliskan karya resensi buku yang dimaksud. Dalam karya resensi tersebut, setidaknya mengandung beberapa hal;
                • Informasi(anatomi) awal buku (seperti format diatas).
• Tentukan judul yang menarik dan “provokatif”.
• Membuat ulasan singkat buku. Ringkasan garis besar isi buku.
• Memberikan penilaian buku. (substansi isinya maupun cover dan cetakan fisiknya) atau membandingkan dengan buku lain. Inilah sesungguhnya fungsi utama seorang peresensi yaitu sebagai kritikus sehingga bisa membantu publik menilai sebuah buku.
• Menonjolkan sisi yang beda atas buku yang diresensi dengan buku lainnya.
• Mengulas manfaat buku tersebut bagi pembaca.
• Mengkoreksi karya resensi. Editing kelengkapan karya, EYD dan sistematika jalan pikiran resensi yang telah dihasilkan. Yang terpenting tentu bukan isi buku itu apa, tapi apa sikap dan penilaian peresensi terhadap buku tersebut.
C. Tahap Publikasi
1. Karya disesuaikan dengan ruang media yang akan kita kirimi resensi. Setiap media berbeda-beda panjang dan pendeknya. Mengikuti syarat jumlah halaman dari media yang bersangkutan adalah sebuah langkah yang aman bagi peresensi.
2. Menyertakan cover halaman depan buku.
3. Mengirimkan karya sesuai dengan jenis buku-buku yang resensinya telah diterbitkan sebelumnya. Peresensi perlu menengok dan memahami buku jenis apa yang sering dimuat pada sebuah media tertentu. Hal ini untuk menghindari penolakan karya kita oleh redaktur.
Mursidi, seorang peresensi profesional, dalam blog http://lapotta.wordpress.com (diunduh pada 13 Mei 2014) menyatakan bahwa membuat langkah-langkah resensi adalah sebagai berikut:  (1) memilih buku yang tepat dengan memilih apakah buku yang akan diresensi itu (a) buku aktual, (b) buku bestseller, (c) buku kontroversial, (d) buku pemikiran baru, (e) buku para pesohor; (2) membaca buku untuk meresensi yang dapat dilakukan dengan cara (a) membaca cepat (speed reading), (b) membaca secara sekilas, (c) membaca to the point; (3) menunjang resensi dengan riset yang dapat dilakukan dengan melakukan (a) riset internet, dan (b) meriset buku-buku dengan tema yang sama yang diresensi; (4) membuat konsep tulisan resensi; (5) membuat judul resensi yang memikat; (6) mencantumkan data buku; (7) membuat prolog resensi yang mengesankan dengan (a) mengupas rekam jejak penulis, (b) mengajukan pertanyaan, (c) mengungkapkan sekilas pemikiran penulis, (d) mengungkapkan tema buku, (e) membandingkan dengan buku lain, (f) menguatkan dengan pendapat penulis lain, (g) mengaitkan dengan peristiwa aktual, (h) mengutip hadits, ayat, atau kutipan tokoh terkenal, (i) mengukuhkan dengan kutipan dalam buku, (j) menjadikan pembuka buku sebagai prolog,  dan (k) prolog bernada pujian atau kekaguman.  
                Sebagai peringkas dari semua langkah-langkah tersebut, dapat disebutkan bahwa langkah-langkah  meresensi buku adalah (1) membuat persiapan, termasuk di dalamnya memilih buku apa yang akan diresensi, membaca buku tersebut–dengan berbagai teknik membaca, dan menandai bagian-bagian buku yang dianggap penting, (2) menuliskan draf atau outline resensi, (3) menulis resensi, dan terakhir (4) memublikasikan resensi kita –jika ingin dikirim ke media massa. 
Penutup 
Menulis resensi bukanlah merangkum isi sebuah buku. Meresensi buku adalah mengulas buku dengan mengupas dan menguliti kelebihan dan kekurangannya sebagai sebuah etalase bagi pembaca yang hendak membaca atau membeli sebuah buku. Keterampilan menulis resensi, di samping keterampilan menulis genre tulisan lainnya, mutlak dimiliki bagi seorang insan akademis. Dengan berlatih menulis resensi, bahkan benar-benar menuliskannya dan mengirimkannya ke media, dapat memberikan keuntungan baik nonmateri, yakni bertambahnya wawasan dan pengetahuan kita dengan membaca buku yang akan kita resensi, juga maupun materi, yaitu bertambahnya saldo di rekening bank kita.

Pustaka Acuan
Ahmad, Yons. 2014. “Teknik Menulis Resensi Buku” dalam
Bahar, Ahmad. 1996. Kiat Sukses Meraih Penghasilan dari Media Massa. Yogyakarta: Pena Cendekia.
Hernowo. 2003. Quantum Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya
                Potensi Menulis. Bandung: Kaifa.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. 2013. Jakarta: Pusat Bahasa dan Gramedia
                Pustaka Utama.
Mursidi, Nur. 2014. “Tips Menulis Resensi Buku” dalam
Mei.
Samad, Daniel. 1997. Dasar-dasar Meresensi Buku. Jakarta: Grasindo.
Sularti, St, Wandi S. Brata, dan Pax Benedanto (Ed.). 2004. Bukuku Kakiku. Jakarta: Gramedia Pustaka
                Utama.
Rhamdani, Benny. 2014. “Tips Meresensi Buku” dalam
www.merriam-webter’s.com, diunduh pada 11 Mei 2014.
www.oxforddictionaries.com, diunduh pada 11 Mei 2014.


Lampiran
Contoh Resensi
NOVELISASI SEJARAH AWAL ISLAM

Sumber: M. Iqbal Dawami
Judul: Humaira, Ibunda Orang Beriman
Penulis: Kamran Pasha
Penerjemah: Hilmi Akmal
Penerbit: Zaman
Cetakan: I, 2010
Tebal: 616 hlm.

KAMRAN PASHA, seorang sutradara muslim di Hollywood, telah menulis sebuah novel biografi Siti Aisyah, istri Nabi Muhammad, dengan setting pada 613-678 Masehi. Usaha penulisan novel ini disadari Pasha bahwa tidak semua muslim akan setuju dengan penafsirannya mengenai Aisyah, umumnya sejarah Islam pada masa awal.

Namun, bagi saya, usaha ini patut diapresiasi, lantaran belum banyak orang menulis biografi Aisyah dengan pendekatan sastra. Jika di dalamnya ada yang tidak setuju itu soal lain. Atau, bisa saja fakta berkebalikan, akan banyak orang tersentuh dengan kisah Aisyah ini, dan banyak orang menjadi tahu sejarah Islam pada masa awal lewat novel ini. Melalui novel ini, orang akan belajar lebih banyak tentang Islam, dan Pasha—lewat novel ini—telah memberikan awal yang sangat signifikan.  

Aisyah, putri Abu Bakar Ash-Shiddiq, menjadi “Ibunda dari Orang Mukmin” pada usia sembilan ketika dia menikah dengan Nabi Muhammad. Selain berwajah rupawan—sehingga dijuluki Humaira (wajah yang kemerah-merahan), Aisyah dianugerahi otak yang sangat cerdas, melebihi kecerdasan orang-orang yang sebaya dengannya. Dia mempunyai memori fotografis; mampu mengingat setiap peristiwa dan kata yang diucapkan oleh Nabi Muhammad.

Hal itu sangat berguna sekali bagi kaum muslim dalam pengumpulan Sunnah dan Hadis Nabi. Dalam kedudukan sebagai perawi Hadis, Aisyah termasuk orang yang paling banyak meriwayatkan Hadis, yaitu sebanyak 2210 Hadis. Keunggulan Siti Aisyah dalam meriwayatkan Hadis, kadang-kadang ia bisa meng-istinbath-kan (mengkonklusikan) beberapa masalah. Ia kerap berijtihad sendiri lalu diikuti oleh para sahabat yang lain.

Pepatah  mengatakan bahwa ‘di balik setiap orang besar ada perempuan hebat’. Ya, lewat novel ini, Pasha menunjukkannya, bahwa di balik raksasa sejarah Nabi Muhammad ada seorang perempuan hebat bernama Aisyah. Setelah kematian Khadijah, istri pertama Nabi Muhammad, Aisyah yang waktu itu berusia sembilan tahun menjadi ibunda dari orang yang mukmin. Umat Islam berkembang menjadi sebuah imperium dalam masa hidupnya.

Lewat narasi Aisyah pembaca akan diperkenalkan sosok Nabi Muhammad yang bersahaja dan sederhana. Muhammad adalah pusat dan sosok menakjubkan yang juga sangat manusia. Aisyah mengisahkan sosok Nabi Muhammad bahwa dirinya belum pernah bertemu laki-laki lain yang menikmati pekerjaan rumah tangga sederhana, seperti memperbaiki sepatu atau menjahit pakaian yang sobek. Matanya yang hitam benar-benar terfokus pada setiap tugas yang dihadapinya. Aisyah membayangkan betapa sulitnya pasti laki-laki dengan temperamen lembut untuk tumbuh dalam dunia di mana kekejaman dan agresi adalah keunggulannya, seperti yang diperlihatkan orang Arab pada waktu itu.

Pasha pintar sekali mendramatisir peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Islam dengan lebih hidup. Pembaca akan turut merasakan dan menyaksikan petistiwa demi peristiwa yang terjadi pada masa itu. Misalnya, ketika Umar bin Khattab mencederai Bilal dan Tholhah, atau kekejaman Abu Jahal keluarga Sumayyah. Contoh lainnya lagi prihal tuduhan palsu perzinahan Aisha dengan Shafwan. Sebab tuduhan itu, hampir saja Aisyah diceraikan oleh Nabi.

Ketidakpercayaan Nabi pada dirinya menandakan bahwa Nabi juga berasal dari daging yang sama dan darah yang sama pula, dengan keraguan yang sama dan ketakutan layaknya melanda hati manusia. Peristiwa ini merupakan perjuangan Aisyah yang baginya sebuah jihad “cinta”-nya. Rasulullah sendiri begitu sayang kepadanya. Saking cintanya Rasul pernah berujar, “Rasa cintaku kepadamu, wahai Aisyah, seperti Al-Urwatul Wutsqo (pegangan yang kuat).” Hal ini membuat keputusan Pasha untuk menceritakan sejarah Islam sebagai sebuah kisah cinta yang apik.

Buku Pasha merembes dengan jenis gairah dan keintiman yang membuat sulit bagi saya untuk meletakkannya meskipun saya benar-benar tahu persis apa yang akan terjadi selanjutnya. Terlebih sejak kecil, saya sudah cukup akrab dengan kisah-kisah sejarah Islam pada masa awal.

Pasha tampaknya menunjukkan kompleksitas masyarakat Islam awal bahwa ortodoksi telah mengabaikan selama berabad-abad, dan terutama di zaman modern ini. Humaira adalah salah satu novel yang layak dibaca oleh siapa pun.



[1] Bahan Kuliah Writing III di Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
[2] Dosen tetap Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
yang juga pembaca resensi.

1 komentar:

cici mengatakan...

Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny

Posting Komentar