just write

just write

Keluh Kesah Sakinah

Jumat, 11 September 2015



Keluh Kesah Sakinah

Oleh Hilmi Akmal

Munsyi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

 

Sakinah sedang resah. Selama ini dirinya dan adik-adiknya, Mawadah dan Rahmat, sering digunakan sebagai ungkapan tahniah dan doa kepada orang yang baru menikah, seperti dalam tuturan ‘semoga menjadi keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah.’
Sayangnya, ucapan itu penuh dengan salah kaprah. Sakinah dan adik-adiknya dianggap sebagai bagian dari adjektiva. Padahal, Sakinah, Mawadah, dan Rahmat berkerabat dalam nomina.
            Memang, Sakinah, Mawadah, dan Rahmat, bukanlah warga asli bahasa Indonesia. Leluhur mereka berasal dari bahasa Arab yang masuk ke nusantara bersama dengan kata-kata Arab lainnya, seperti madrasah atau musyawarah. “Tapi kenapa,” protes Sakinah mewakili adik-adiknya, “hanya kami yang salah dipergunakan? Mengapa cuma kami yang dianggap adjektiva?”
            “Tengoklah kamus,” lanjut Sakinah. “Baik kamus bahasa Arab ataupun kamus bahasa Indonesia menggolongkan kami ke dalam nomina alias kata benda. Bahkan, Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan makna padaku sebagai kedamaian; ketenteraman; ketenangan; kebahagiaan. Itu semua jelas nomina”
            “Bagaimana denganku?” Mawadah tak mau kalah. “Mengapa penulisanku memakai dua huruf d? Memang leluhurku yang berasal dari Arab bertasydid sehingga pelafalannya menjadi rangkap, tapi kini aku kata dalam bahasa Indonesia. Syaddah itu hilang saat aku sudah menjadi kata serapan. Jangan lupakan pula bahwa aku pun termasuk nomina, bukan adjektiva.”
            “Lalu aku?” Rahmat pun ikut menimpali. “Kata yang menjadi leluhurku memang akhirannya ber-Ta marbuthah (ة) sama seperti kakak-kakakku, Sakinah dan Mawadah. Tapi saat aku menjadi bagian bahasa Indonesia, Ta marbuthah itu tidak dibaca seperti huruf ha’ (), tapi huruf ta (ت). Lagi pula, dalam benak pengguna bahasa Indonesia aku diasosiasikan dengan maskulinitas. Aku dianggap laki-laki. Itu mengapa aku dijadikan nama anak laki-laki, seperti Rahmat Hidayat atau Rahmatullah. Tapi kemudian mengapa lantas aku dianggap feminim jika dikaitkan dengan pernikahan?”
               “Jika memang ingin menggunakan kami sebagai kata,” seru Sakinah, Mawadah, dan Rahmat bersamaan, “gunakanlah secara benar. Ketimbang mengucapkan ‘semoga menjadi keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah,’ yang artinya keluarga yang ketenangan, kasih sayang, dan belas kasih–yang tentu saja menjadi janggal secara semantis–, ujarkanlah ‘semoga menjadi keluarga yang penuh dan berlimpah dengan sakinah, mawadah, dan rahmat.’”
                  “Atau,” seru mereka lagi, “tuturkanlah dengan kata-kata asli bahasa Indonesia ‘semoga menjadi keluarga yang penuh dan dilimpahi dengan kedamaian, kasih sayang, dan welas asih’ sehingga lebih berterima.”

1 komentar:

Bunga citra mengatakan...

kelinci99
Togel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
yukk daftar di www.kelinci99.casino

Posting Komentar