just write

just write

KBBI IV Daring: Sebuah Tinjauan

Jumat, 29 Juli 2016


KBBI IV Daring: Sebuah Tinjauan

Oleh Hilmi Akmal



Akhirnya yang ditunggu-tunggu hadir jua. Kehadirannya membuat bahagia laksana kebahagiaan sepasang suami-istri yang sudah lama menunggukan hadirnya seorang bayi setelah bertahun-tahun menikah. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) jilid ke-4 versi daring (dalam jaringan, padanan dari online) akhirnya diluncurkan.

Bagi saya yang berkecimplung (berkecimpung hingga tercemplung) di bidang bahasa, baik sebagai pengajar, peneliti, penerjemah maupun editor, tentu saja saya bahagia akan hadirnya kamus daring tersebut. Saya sudah lama menanti-nantikan ini karena di era serba digital ini sebuah kamus daring mutlak kehadirannya untuk menunjang dan membantu meringankan pekerjaan. Hadirnya kamus KBBI daring ini sekaligus menjawab pertanyaan saya, dan mungkin juga banyak orang lain, “kenapa belum ada juga perubahan atau penambahan lema dalam KBBI daring yang termuat di  http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/ ?”.
Ketika berkesempatan bertatap muka dengan orang-orang Badan Bahasa, saya pun sempat pertanyakan hal itu. Saat itu Oktober 2015, tanggal persisnya saya lupa, tiga orang pakar bahasa Indonesia dari satu-satunya lembaga yang mengurusi bahasa Indonesia itu beranjangsana ke kampus dalam sebuah forum diskusi. Sewaktu diberi kesempatan bertanya oleh moderator, saya pun bertanya dan salah satu pertanyaan saya adalah “Mengapa Badan Bahasa tidak juga menambahkan lema kata-kata terbaru dalam bahasa Indonesia di dalam kamus KBBI daring? Mengapa tidak seperti kamus-kamus daring terkemuka dalam bahasa Inggris yang selalu memperbarui setiap lemanya semisal kata selfie yang baru muncul di abad ke-21 ini?”
Sayangnya, atau mungkin sialnya, saat bertanya saya salah menyebut nama salah satu pakar bahasa itu. Hanya salah di akhiran namanya saja dari yang sebenarnya Far saya sebut menjadi Fur. Jadi, ketimbang menjawab pertanyaan saya secara langsung Pak Far ini malah berkata bahwa dirinya tak masalah dipanggil far atau fur, bahwa itu adalah masalah pelafalan dan bla-bla-bla. Kemudian, tuturnya, bahasa Indonesia itu sudah memiliki padanan untuk kata selfie, yakni swafoto. Lho kok pertanyaan saya malah tidak dijawab? Jerit batin saya. Saya acungkan tangan untuk meminta waktu bicara pada moderator agar si Pak Far yang saya sebut jadi Pak Fur itu menjawab pertanyaan saya. Sayangnya moderator tidak mengacuhkan saya. Karena moderator bersikap cuek, semangat saya untuk berdebat pun melembek. Saya langsung angkat kaki dari ruangan itu, tapi sebelumnya saya angkat ransel saya yang berisi peralatan tempur saya. Isinya laptop dan buku-buku, masa sih saya tinggal? Apakah saya mengambek? Tentu tidak. Saat itu ada jam mengajar dan saya sudah terlambat setengah jam. Saya memilih mengajar, memberi ilmu, mencerdaskan anak bangsa sebagai generasi penerus (ciye-ciye) daripada berharap para pakar bahasa yang jadi birokrat tersebut memberikan jawaban yang lugas karena sama saja seperti berharap ada jawaban tegas dari seorang cewek yang kita tembak, tapi malah berkata, “Kamu itu terlalu baik buat aku” atau “Kamu itu udah aku anggap kakak.” (halah pengalaman masa lalu kok dibawa-bawa?)
Saya menanyakan itu karena saya sudah lama mendengar desas-desus bahwa KBBI daring edisi lawas yang ada di laman Badan Bahasa tidak mengalami penambahan lema karena KBBI edisi ke-4 versi luring alias cetak hak ciptanya dikuasai sebuah penerbit besar. Akibatnya, orang-orang yang bergelar magister dan doktor di lembaga itu tak berdaya untuk memperbarui kamus hasil karya mereka dalam versi daring. Padahal, bahasa itu, menurut saya, adalah hak dan milik semua orang bukan milik segelintir individu atau sekelompok perusahaan. Masyarakat berhak tahu kosakata dalam bahasa mereka. Dan di era digital ini, masyarakat pasti lebih memilih mencari informasi secara daring ketimbang secara luring.
Jadi, tatkala membutuhkan arti sebuah kata atau ingin mengetahui bentuk baku sebuah kata dalam bahasa Indonesia, masyarakat dewasa ini niscaya akan langsung meraih gawai canggih mereka untuk menelusur secara daring ketimbang menyingkap-nyingkap KBBI Edisi ke-4 versi cetak yang berhalaman 1705 lembar dan berharga Rp. 375.000 (kalau belum naik harganya). Khalayak umum pun kemungkinan besar akan lebih memilih uang sebesar itu untuk membeli kuota Internet, yang entah berapa puluh gigabita, alih-alih membeli kamus tersebut.
Coba bayangkan, ada seorang mahasiswa semester satu yang mencari padanan kata selfie dalam bahasa Indonesia. Dengan gawai canggih teranyar, yang dibelikan bapaknya karena berhasil masuk universitas unggulan, dia berselancar dan membuka laman Badan Bahasa. Namun, kekecewaan yang dia dapatkan karena gagal menemukan padanan selfie. Karena masih semester satu, kelabilannya sewaktu masih SMA masih terbawa. Dia pun gundah gulana, resah gelisah, galau hingga perasaannya kacau balau yang tak mau enyah meski sudah dihalau segelas cincau. Kemudian, atas nama kekinian, dia curahkan kegalauannya di media sosial. Dia pun mendapat respons berupa komentar ataupun acungan jempol dari teman-teman dan pengikut-pengikutnya yang sosoknya tak lebih jelas dari mambang. Tak cukup, dia pun membuat vlog, dengan berderai air mata dan tisu yang berserakan di mana-mana, dan mengunggahnya ke youtube –yang konon katanya sekarang terbagi dua, yakni youtube utara dan youtube selatan (idih kok malah main playstation ­eh plesetan).
Sekarang saatnya membuat ulasan tentang KBBI Edisi 4 daring ini yang dapat disinggahi di http://kbbi4.portalbahasa.com/. Tampilannya lebih menarik dari KBBI daring versi lawas. Di pojok sebelah kiri atas tertulis KBBI IV Daring, di pojok kanan atas ada kotak Pencarian. Di bawahnya ada tulisan “Selamat datang di KBBI IV Daring!” Dan di bawahnya lagi tertulis “Silakan masukkan kata yang Anda cari pada kotak pencarian di bilah navigasi di atas, atau gunakan tautan-tautan di bawah untuk menelusuri isi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi IV.” Nah, tautan-tautan ini yang membedakan dan menjadikannya lebih menarik. Tautan-tautan yang ada adalah Huruf Awal (dari A-Z), Terpopuler, Entri Acak, Kelas Kata, Ragam, Bidang, dan Asal Bahasa.    
Namun, di sinilah letak kelemahan kamus daring ini. Saat mencoba mencari tahu ejaan yang benar, saya langsung mencarinya di kotak pencarian. Ada beberapa kata yang memang ditampilkan secara utuh lema-lema dan penjelasannya, seperti sarap yang langsung disajikan lima lema, ataupun kata sekedar yang langsung diinformasikan sebagai salah eja dari sekadar. Tapi tidak semua. Misalnya, saat saya masukkan kata napas, untuk mengetahui mana yang baku apakah napas atau nafas, yang muncul seperti di bawah ini:
napas2 /na-pas/
  1. a kuning kemerah-merahan (tt warna bulu, terutama kuda)
Tentu saja ini membingungkan. Tapi, kebingungan saya belum selesai. Saat mencoba mengeklik tautan Bidang, saya langsung memilih Linguistik yang merupakan latar akademik saya. Ada 1102 istilah dalam ilmu Linguistik, namun tak semuanya ada. Saya tidak menemukan istilah Implikatur di situ. Padahal, kata itu sudah terserap dalam bahasa Indonesia dan termaktub dalam Kamus Linguistik hasil jerih lelah Prof. Harimurti Kridalaksana. Begitupun di bidang Komputer. Saya mencari tetikus, yang merupakan padanan dari mouse, tapi tiada. Pun dengan bilah alat yang merupakan padanan dari toolbar.
              Di tautan Asal Bahasa, kening saya semakin berkerut-kerut. Saya klik Arab. Ada 659 kata yang dianggap berasal dari bahasa Arab. Saya melongo karena saya merasa itu terlalu sedikit. Saya pun tak menjumpai kata-kata seperti kursi, hakim, mahkamah, musyawarah, atau bahkan kata yang paling populer di masyarakat saat ada yang menikah, yakni sakinah. Bahkan, kata yang menjadi nama belakang saya, akmal, tak tertera.  
Lalu saya klik Inggris dan nyaris terjungkal dari kursi saya. Kamus daring ini hanya menganggap kata serapan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia hanya 11 kata saja, yakni hot dog, konform, tipikal, jentelmen, megahertz, tuit, komfortabel, megaohm, watermark, kompatriot, dan mister. Lalu bagaimana dengan kata-kata program, domain, apartemen, aset, dekade, dan masih banyak lagi?
            Lantas saya klik Jepang dan kamus ini hanya mengakui 17 kata yang berasal dari Jepang tanpa saya jumpai kata kimono ataupun tsunami. Latin adalah sasaran saya berikutnya dan hanya menemukan 6 kata yang berasal dari bahasa Latin. Tak saya lihat ada kata lain seperti bonafide, fakultas bahkan anus. Tapi, dari semua bahasa yang ada di tautan Asal Bahasa, sejauh penelusuran saya, yang paling tragis adalah bahasa Yunani. Saat saya klik, yang muncul adalah “Entri tidak ditemukan.” Lalu bagaimana dengan kata kosmos (bukan merek perangkat elektronik untuk memasak nasi), demokrasi, atau hipodrom yang berasal dari Yunani?      
Tapi bukan berarti kata-kata yang tidak ada di Asal Bahasa tidak dapat ditemukan di kotak Pencarian. Kata-kata yang tak ada itu akan muncul jika kita mencarinya di sana. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah pembenahan di tautan-tautan yang saya ulas tadi. Jangan sampai orang yang membuka tautan Asal Bahasa kemudian beranggapan bahwa kata serapan dari suatu bahasa hanyalah sedikit atau bahkan tidak ada kata apa pun yang diserap oleh bahasa Indonesia seperti bahasa Yunani.
Tak ada gading yang tak retak, no body’s perfect, demikian kata pepatah. Kamus KBBI IV versi daring ini tentu masih jauh dari kata sempurna. Kendati demikian, upaya yang dilakukan untuk menghadirkan kamus daring ini perlu layak diacungi jempol. Kehadirannya sedikit banyak akan sangat membantu kami-kami ini yang bergerak di bidang bahasa ataupun bidang lainnya. Saya tak tahu apakah kamus daring ini murni hasil jerih payah orang-orang Badan Bahasa atau orang atau sekelompok orang di luar lembaga itu yang peduli akan bahasa Indonesia. Yang jelas takzim terdalam saya sampaikan untuk mereka disertai untaian doa agar upaya mereka mendapat ganjaran berupa pahala tiada putus dari yang Maha Kuasa. Semoga pula tulisan ini menggugah mereka untuk menghadirkan KBBI IV versi daring yang jauh lebih baik lagi sehingga bahasa Indonesia semakin teguh lestari di tengah badai serbuan bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Amin.
Bambu Apus, Pamulang, Tangerang Selatan, 30 Juli 2016.
                    

2 komentar:

Bunga citra mengatakan...

kelinci99
Togel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
yukk daftar di www.kelinci99.casino

cici mengatakan...

Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny

Posting Komentar