KBBI IV Daring: Sebuah Tinjauan
Oleh Hilmi Akmal
Akhirnya yang
ditunggu-tunggu hadir jua. Kehadirannya membuat bahagia laksana kebahagiaan
sepasang suami-istri yang sudah lama menunggukan hadirnya seorang bayi setelah
bertahun-tahun menikah. Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) jilid ke-4 versi daring (dalam jaringan, padanan
dari online) akhirnya diluncurkan.
Bagi saya yang berkecimplung (berkecimpung hingga
tercemplung) di bidang bahasa, baik sebagai pengajar, peneliti, penerjemah
maupun editor, tentu saja saya bahagia akan hadirnya kamus daring tersebut.
Saya sudah lama menanti-nantikan ini karena di era serba digital ini sebuah
kamus daring mutlak kehadirannya untuk menunjang dan membantu meringankan
pekerjaan. Hadirnya kamus KBBI daring ini sekaligus menjawab pertanyaan saya,
dan mungkin juga banyak orang lain, “kenapa belum ada juga perubahan atau
penambahan lema dalam KBBI daring yang termuat di http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/
?”.
Ketika berkesempatan
bertatap muka dengan orang-orang Badan Bahasa, saya pun sempat pertanyakan hal
itu. Saat itu Oktober 2015, tanggal persisnya saya lupa, tiga orang pakar
bahasa Indonesia dari satu-satunya lembaga yang mengurusi bahasa Indonesia itu
beranjangsana ke kampus dalam sebuah forum diskusi. Sewaktu diberi kesempatan
bertanya oleh moderator, saya pun bertanya dan salah satu pertanyaan saya
adalah “Mengapa Badan Bahasa tidak juga menambahkan lema kata-kata terbaru
dalam bahasa Indonesia di dalam kamus KBBI daring? Mengapa tidak seperti
kamus-kamus daring terkemuka dalam bahasa Inggris yang selalu memperbarui
setiap lemanya semisal kata selfie yang
baru muncul di abad ke-21 ini?”
Sayangnya, atau mungkin
sialnya, saat bertanya saya salah menyebut nama salah satu pakar bahasa itu.
Hanya salah di akhiran namanya saja dari yang sebenarnya Far saya sebut menjadi
Fur. Jadi, ketimbang menjawab pertanyaan saya secara langsung Pak Far ini malah
berkata bahwa dirinya tak masalah dipanggil far atau fur, bahwa itu adalah
masalah pelafalan dan bla-bla-bla. Kemudian, tuturnya, bahasa Indonesia itu
sudah memiliki padanan untuk kata selfie,
yakni swafoto. Lho kok pertanyaan
saya malah tidak dijawab? Jerit batin saya. Saya acungkan tangan untuk meminta
waktu bicara pada moderator agar si Pak Far yang saya sebut jadi Pak Fur itu
menjawab pertanyaan saya. Sayangnya moderator tidak mengacuhkan saya. Karena
moderator bersikap cuek, semangat saya untuk berdebat pun melembek. Saya langsung
angkat kaki dari ruangan itu, tapi sebelumnya saya angkat ransel saya yang
berisi peralatan tempur saya. Isinya laptop dan buku-buku, masa sih saya
tinggal? Apakah saya mengambek? Tentu tidak. Saat itu ada jam mengajar dan saya
sudah terlambat setengah jam. Saya memilih mengajar, memberi ilmu, mencerdaskan
anak bangsa sebagai generasi penerus (ciye-ciye)
daripada berharap para pakar bahasa yang jadi birokrat tersebut memberikan
jawaban yang lugas karena sama saja seperti berharap ada jawaban tegas dari
seorang cewek yang kita tembak, tapi malah berkata, “Kamu itu terlalu baik buat
aku” atau “Kamu itu udah aku anggap
kakak.” (halah pengalaman masa lalu kok dibawa-bawa?)
Saya menanyakan itu karena
saya sudah lama mendengar desas-desus bahwa KBBI daring edisi lawas yang ada di
laman Badan Bahasa tidak mengalami penambahan lema karena KBBI edisi ke-4 versi
luring alias cetak hak ciptanya dikuasai sebuah penerbit besar. Akibatnya,
orang-orang yang bergelar magister dan doktor di lembaga itu tak berdaya untuk
memperbarui kamus hasil karya mereka dalam versi daring. Padahal, bahasa itu,
menurut saya, adalah hak dan milik semua orang bukan milik segelintir individu
atau sekelompok perusahaan. Masyarakat berhak tahu kosakata dalam bahasa
mereka. Dan di era digital ini, masyarakat pasti lebih memilih mencari informasi
secara daring ketimbang secara luring.
Jadi, tatkala membutuhkan
arti sebuah kata atau ingin mengetahui bentuk baku sebuah kata dalam bahasa
Indonesia, masyarakat dewasa ini niscaya akan langsung meraih gawai canggih
mereka untuk menelusur secara daring ketimbang menyingkap-nyingkap KBBI Edisi
ke-4 versi cetak yang berhalaman 1705 lembar dan berharga Rp. 375.000 (kalau
belum naik harganya). Khalayak umum pun kemungkinan besar akan lebih memilih
uang sebesar itu untuk membeli kuota Internet, yang entah berapa puluh
gigabita, alih-alih membeli kamus tersebut.
Coba bayangkan, ada seorang
mahasiswa semester satu yang mencari padanan kata selfie dalam bahasa Indonesia. Dengan gawai canggih teranyar, yang
dibelikan bapaknya karena berhasil masuk universitas unggulan, dia berselancar
dan membuka laman Badan Bahasa. Namun, kekecewaan yang dia dapatkan karena
gagal menemukan padanan selfie.
Karena masih semester satu, kelabilannya sewaktu masih SMA masih terbawa. Dia
pun gundah gulana, resah gelisah, galau hingga perasaannya kacau balau yang tak
mau enyah meski sudah dihalau segelas cincau. Kemudian, atas nama kekinian, dia
curahkan kegalauannya di media sosial. Dia pun mendapat respons berupa komentar
ataupun acungan jempol dari teman-teman dan pengikut-pengikutnya yang sosoknya
tak lebih jelas dari mambang. Tak cukup, dia pun membuat vlog, dengan berderai air mata dan tisu yang berserakan di
mana-mana, dan mengunggahnya ke youtube
–yang konon katanya sekarang terbagi dua, yakni youtube utara dan youtube
selatan (idih kok malah main playstation eh
plesetan).
Sekarang saatnya membuat
ulasan tentang KBBI Edisi 4 daring ini yang dapat disinggahi di http://kbbi4.portalbahasa.com/. Tampilannya
lebih menarik dari KBBI daring versi lawas. Di pojok sebelah kiri atas tertulis
KBBI IV Daring, di pojok kanan atas ada kotak Pencarian. Di bawahnya ada
tulisan “Selamat datang di KBBI IV Daring!” Dan di bawahnya lagi tertulis “Silakan
masukkan kata yang Anda cari pada kotak pencarian di bilah navigasi di atas,
atau gunakan tautan-tautan di bawah untuk menelusuri isi Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa Edisi IV.” Nah, tautan-tautan ini yang membedakan dan
menjadikannya lebih menarik. Tautan-tautan yang ada adalah Huruf Awal (dari
A-Z), Terpopuler, Entri Acak, Kelas Kata, Ragam, Bidang, dan Asal Bahasa.
Namun, di sinilah letak
kelemahan kamus daring ini. Saat mencoba mencari tahu ejaan yang benar, saya
langsung mencarinya di kotak pencarian. Ada beberapa kata yang memang
ditampilkan secara utuh lema-lema dan penjelasannya, seperti sarap yang langsung disajikan lima lema,
ataupun kata sekedar yang langsung diinformasikan
sebagai salah eja dari sekadar. Tapi
tidak semua. Misalnya, saat saya masukkan kata napas, untuk mengetahui mana yang baku apakah napas atau nafas, yang
muncul seperti di bawah ini:
napas2
/na-pas/
- a kuning kemerah-merahan (tt warna bulu, terutama kuda)
Tentu
saja ini membingungkan. Tapi, kebingungan saya belum selesai. Saat mencoba mengeklik
tautan Bidang, saya langsung memilih Linguistik yang merupakan latar akademik
saya. Ada 1102 istilah dalam ilmu Linguistik, namun tak semuanya ada. Saya
tidak menemukan istilah Implikatur di
situ. Padahal, kata itu sudah terserap dalam bahasa Indonesia dan termaktub
dalam Kamus Linguistik hasil jerih
lelah Prof. Harimurti Kridalaksana. Begitupun di bidang Komputer. Saya mencari tetikus, yang merupakan padanan dari mouse, tapi tiada. Pun dengan bilah alat yang merupakan padanan dari toolbar.
Di tautan
Asal Bahasa, kening saya semakin berkerut-kerut. Saya klik Arab. Ada 659 kata
yang dianggap berasal dari bahasa Arab. Saya melongo karena saya merasa itu
terlalu sedikit. Saya pun tak menjumpai kata-kata seperti kursi, hakim, mahkamah, musyawarah, atau bahkan kata yang paling populer di masyarakat saat
ada yang menikah, yakni sakinah. Bahkan,
kata yang menjadi nama belakang saya, akmal,
tak tertera.
Lalu saya klik Inggris dan nyaris terjungkal dari
kursi saya. Kamus daring ini hanya menganggap kata serapan dari bahasa Inggris
ke bahasa Indonesia hanya 11 kata saja, yakni hot dog, konform, tipikal, jentelmen, megahertz, tuit, komfortabel, megaohm, watermark, kompatriot, dan mister. Lalu
bagaimana dengan kata-kata program, domain, apartemen, aset, dekade, dan masih banyak lagi?
Lantas saya klik Jepang dan kamus
ini hanya mengakui 17 kata yang berasal dari Jepang tanpa saya jumpai kata kimono ataupun tsunami. Latin adalah sasaran saya berikutnya dan hanya menemukan 6
kata yang berasal dari bahasa Latin. Tak saya lihat ada kata lain seperti bonafide, fakultas bahkan anus. Tapi,
dari semua bahasa yang ada di tautan Asal Bahasa, sejauh penelusuran saya, yang
paling tragis adalah bahasa Yunani. Saat saya klik, yang muncul adalah “Entri
tidak ditemukan.” Lalu bagaimana dengan kata kosmos (bukan merek perangkat elektronik untuk memasak nasi), demokrasi, atau hipodrom yang berasal dari Yunani?
Tapi bukan berarti kata-kata
yang tidak ada di Asal Bahasa tidak dapat ditemukan di kotak Pencarian. Kata-kata
yang tak ada itu akan muncul jika kita mencarinya di sana. Hanya saja yang
perlu diperhatikan adalah pembenahan di tautan-tautan yang saya ulas tadi. Jangan
sampai orang yang membuka tautan Asal Bahasa kemudian beranggapan bahwa kata
serapan dari suatu bahasa hanyalah sedikit atau bahkan tidak ada kata apa pun yang
diserap oleh bahasa Indonesia seperti bahasa Yunani.
Tak ada
gading yang tak retak, no body’s perfect,
demikian kata pepatah. Kamus KBBI IV versi daring ini tentu masih jauh dari
kata sempurna. Kendati demikian, upaya yang dilakukan untuk menghadirkan kamus
daring ini perlu layak diacungi jempol. Kehadirannya sedikit banyak akan sangat
membantu kami-kami ini yang bergerak di bidang bahasa ataupun bidang lainnya.
Saya tak tahu apakah kamus daring ini murni hasil jerih payah orang-orang Badan
Bahasa atau orang atau sekelompok orang di luar lembaga itu yang peduli akan
bahasa Indonesia. Yang jelas takzim terdalam saya sampaikan untuk mereka
disertai untaian doa agar upaya mereka mendapat ganjaran berupa pahala tiada
putus dari yang Maha Kuasa. Semoga pula tulisan ini menggugah mereka untuk
menghadirkan KBBI IV versi daring yang jauh lebih baik lagi sehingga bahasa
Indonesia semakin teguh lestari di tengah badai serbuan bahasa asing, terutama
bahasa Inggris. Amin.
Bambu Apus, Pamulang,
Tangerang Selatan, 30 Juli 2016.
2 komentar:
kelinci99
Togel Online Terpercaya Dan Games Laiinnya Live Casino.
HOT PROMO NEW MEMBER FREECHIPS 5ribu !!
NEXT DEPOSIT 50ribu FREECHIPS 5RB !!
Ada Bagi2 Freechips Untuk New Member + Bonus Depositnya Loh ,
Yuk Daftarkan Sekarang Mumpung Ada Freechips Setiap Harinya
segera daftar dan bermain ya selain Togel ad juga Games Online Betting lain nya ,
yang bisa di mainkan dgn 1 userid saja .
yukk daftar di www.kelinci99.casino
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
Dalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny
Posting Komentar