Memahami Apa itu Menulis dan
Mengarang[1]
Hilmi Akmal[2]
1. Paragraf Pembuka
Manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya
seperti hewan. Perbedaan itu terletak pada kemampuan berpikir yang dimiliki
manusia, kemampuannya berbahasa dan berbudaya. Dengan kemampuan berpikirnya
manusia menciptakan kebudayaannya dan kebudayaan itu diturunkan ke generasi
berikutnya melalui bahasa (Akmal, 2009).
Pengertian bahasa sendiri, menurut Kridalaksana (2005: 3) adalah sistem lambang bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa bahasa yang dimaksud adalah bahasa yang berwujud lisan atau bahasa yang disampaikan melalui tuturan yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Namun, bahasa juga memiliki wujud lain, yakni wujud tulis yang merupakan hasil perkembangan budaya yang disebut bahasa tulis yang berunsur utama tulisan (Kridalaksana, 2005: 65). Bahasa sendiri merupakan sarana untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik selain matematika dan statistika (Suriasumantri, 1996: 167). Jadi, manusia berpikir dengan menggunakan bahasa dan mengungkapkan apa yang dipikirkannya juga melalui bahasa. Apakah hanya pikirannya? Tidak. Melalui bahasa pun manusia dapat mengungkapkan perasaannya, baik secara lisan maupun tulisan. Makalah ini tidak akan membahas tentang bahasa. Makalah ini akan membahas tentang salah satu dari kemahiran yang dimiliki manusia dalam kaitannya dengan bahasa, yakni menulis (writing).
Pengertian bahasa sendiri, menurut Kridalaksana (2005: 3) adalah sistem lambang bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa bahasa yang dimaksud adalah bahasa yang berwujud lisan atau bahasa yang disampaikan melalui tuturan yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Namun, bahasa juga memiliki wujud lain, yakni wujud tulis yang merupakan hasil perkembangan budaya yang disebut bahasa tulis yang berunsur utama tulisan (Kridalaksana, 2005: 65). Bahasa sendiri merupakan sarana untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik selain matematika dan statistika (Suriasumantri, 1996: 167). Jadi, manusia berpikir dengan menggunakan bahasa dan mengungkapkan apa yang dipikirkannya juga melalui bahasa. Apakah hanya pikirannya? Tidak. Melalui bahasa pun manusia dapat mengungkapkan perasaannya, baik secara lisan maupun tulisan. Makalah ini tidak akan membahas tentang bahasa. Makalah ini akan membahas tentang salah satu dari kemahiran yang dimiliki manusia dalam kaitannya dengan bahasa, yakni menulis (writing).
2. Apa itu menulis? Apa itu mengarang?
Menulis, sebagai salah
satu kemahiran bahasa selain menyimak (listening),
berbicara (speaking), dan membaca (reading), adalah kemahiran yang istimewa.
Mengapa? Karena tidak semua orang dapat menguasainya. Semua orang dapat
menyimak, semua orang dapat berbicara. Kedua keahlian itu dapat diperoleh
manusia secara alami tanpa belajar secara khusus. Tapi menulis, dan juga
membaca, adalah kemahiran yang didapatkan melalui proses pembelajaran.
Sebenarnya apa itu menulis? Untuk dapat menjawab pertanyaan ini ada baiknya
melongok definisi yang diberikan oleh Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2013: 1497) yang memerikan menulis sebagai (1)
membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, dan
sebagainya); (2) melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat
surat) dengan tulisan. Dari pengertian itu dapat ditangkap bahwa seseorang
dapat melakukan kegiatan menulis kalau sudah menguasai satu keahlian lainnya,
yaitu membaca. Jadi, membaca dan menulis adalah dua kemahiran yang saling
melengkapi dan harus saling beriringan layaknya saudara kembar. Bagaimana
dengan mengarang? Apa itu mengarang? Sekali lagi, cobalah kita jenguk Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus
tersebut mendefinisikan mengarang sebagai menulis dan menyusun sebuah
cerita, buku, sajak, dan sebagainya (2013: 624).
Dari dua pengertian di atas, timbul pertanyaan
lagi: apakah menulis dan mengarang berbeda? Soesono (1981: 1) secara tegas
mengatakan bahwa menulis dan mengarang itu berbeda. Menurutnya hasil menulis
adalah karya tulis yang disusun berdasarkan tulisan dan pernyataan orang lain.
Apabila karya tulis itu berisi fakta atau kenyataan, maka karya tulis itu
disebut tulisan. sebaliknya, jikalau karya tulis mengandung rekaan atau ciptaan
fiktif, maka ia disebut karangan. Orang yang menghasilkan tulisan disebut
penulis (writer), sedangkan yang
menghasilkan karangan disebut pengarang (author).
Munsyi (2012: 2) pun senada
dengan menyatakan bahwa karya tulis terbagi menjadi fiksi dan nonfiksi. Yang
termasuk karya tulis fiksi cerpen, novel, drama, dan puisi, sedangkan berita,
kritik, esai, kolom adalah tulisan yang termasuk karya tulis nonfiksi.
Jika boleh menambahkan,
saya akan memasukkan juga karya tulis ilmiah seperti makalah, skripsi, tesis,
dan disertasi ke dalam karya tulis yang nonfiksi.
3. Manfaat Menulis
Percayakah bahwa menulis
itu bermanfaat bagi kesehatan? Saya percaya. Mengapa? Karena saya pernah
membaca buku tentang hal itu. Adalah James W. Pennebaker yang mengatakan
demikian di dalam bukunya yang berjudul Ketika
Diam Bukan Emas: Berbicara dan Menulis sebagai Terapi (2002).
Pennebaker adalah
seorang ahli psikologi. Dia sampai pada kesimpulan bahwa menulis itu bermanfaat
bagi kesehatan setelah melakukan riset selama belasan tahun. Orang-orang yang
menjadi objek penelitiannya adalah orang-orang yang memiliki trauma. Pada
orang-orang yang diminta untuk menuliskan pikiran dan perasaan mereka tentang
trauma yang mereka alami, diberi tahu tentang hal berikut (Pennebaker, 2002:
52):
Saat Saudara diminta
untuk masuk ke dalam ruangan tempat Saudara menulis, dan pintu sudah ditutup,
saya minta Saudara menulis tanpa berhenti tentang pengalaman yang paling
mengelisahkan atau paling traumatis dalam kehidupan Saudara. Saudara tidak usah
terlalu memikirkan masalah tata bahasa, ejaan, atau struktur kalimat. Dalam
tulisan ini, saya minta Saudara membahas pikiran dan perasaan yang terdalam
dalam peristiwa tersebut. Terserah kepada Suadara untuk menulis apa saja yang
Saudara inginkan. Akan tetapi, apa pun pilihan Saudara, itu haruslah yang
sangat kuat yang memengaruhi Saudara. Idealnya, peristiwa itu belum pernah
dibicarakan dengan orang lain secar detail. Meskipun demikian, Saudara harus
membebaskan diri Saudara dan mengungkapkan emosi dan pikiran terdalam yang
Saudara miliki. Dengan kata lain, tuliskan semua tentang apa yang sudah terjadi
dan apa perasaan Saudara tentang hal itu. Akhirnya, Saudara bisa menulis
tentang berbagai trauma yang berbeda atau trauma yang sama dalam setiap
kegiatan di ruang tertutup ini. Pilihan trauma yang akan Saudara tuliskan
sepenuhnya terserah Saudara.
Hasil
dari penelitian itu adalah bahwa menulis tentang pikiran dan perasaan terdalam
tentang pikiran dan perasaan terdalam mengenai trauma yang mereka alami
menghasilkan suasana hati yang lebih baik, pandangan yang lebih positif, dan
kesehatan fisik yang lebih baik (Hernowo, 2003: 37). Selain itu, sebagaimana
dikutip Hernowo (2003: 41), hasil penelitian itu menemukan bahwa orang-orang
yang menuliskan pikiran dan perasaan terdalam mereka tentang pengalaman
traumatis menunjukkan peningkatan fungsi kekebalan tubuh dibandingkan dengan
orang-orang yang menuliskan masalah-masalah remeh-temeh.
Bagi
kaum hawa, bila kalian masih belum percaya bahwa menulis itu bermanfaat bagi
kesehatan, simaklah apa yang dikatakan Fatimah Mermissi. Mermissi adalah
seorang perempuan penulis yang lahir di Fez, Maroko pada 1940. Dia mengajar di
Universitas Muhammad V setelah memelajari ilmu politik dan sosiologi di
almamaternya itu. Karya-karyanya kebanyakan ditulis dalam bahasa Arab dan
Perancis. Salah satu bukunya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
dengan judul Pemberontakan Wanita: Peran
Intelektual Kaum Wanita dalam Sejarah Muslim, Mermissi menuliskan bab yang
menarik yang bertajuk “Menulis Lebih Baik ketimbang Operasi Pengencangan Kulit
Wajah.” Di tulisan awalnya, Mermissi langsung saja berpesan kepada para
pembacanya, “Usahakan menulis setiap hari. Niscaya, kulit Anda akan menjadi
segar kembali akibat kandungan manfaatnya yang luar biasa!. Dari saat Anda
bangun, menulis meningkatkan aktivitas sel. Dengan coretan pertama di atas
kertas kosong, kantung di bawah mata Anda akan segera lenyap dan kulit Anda
akan terasa segar kembali” (Hernowo, 2003: 27).
Selain
bermanfaat bagi kesehatan tubuh, ada manfaat lain dari menulis. Menulis dapat
dijadikan mata pencaharian atau penambah penghasilan. Dengan kata lain, menulis
dapat membuat kita menjadi lebih kaya secara finansial. Ada banyak buku kiat (how to) yang mengulas hal ini, bahkan
ada yang terang-terangan menjanjikan kekayaan dari menulis. Sayangnya, para
penulis buku itu tidak pernah terdengar menghasilkan buku yang menjadi best seller, bahkan belum pernah
diketahui menulis buku selain bukunya tersebut yang menjanjikan angin surga
itu. Akan tetapi, ada beberapa buku how
to tentang penulisan yang cukup layak untuk dibaca. Yang pertama adalah Jadi Penulis? Siapa Takut! karya Alif
Danya Munsyi (Kaifa, 2012), Mengarang itu
Gampang buah pena Arswendo Atmowiloto (Gramedia Pustaka Utama, 2004), dan A Complete Guide for Writerpreneurship:
Semua Rahasia yang Mesti Anda Ketahui Agar Sukses Jalani Profesi Penulis
yang disusun oleh Kang Arul (Citra Media, 2010). Buku yang pertama ditulis oleh
seorang kawakan di dalam dunia penulisan Indonesia yang telah banyak
menghasilkan karya baik fiksi maupun nonfiksi. Buku kedua dihasilkan oleh juga
seorang yang sudah dapat disebut empu di dunia tulis menulis, sedangkan buku
ketiga diproduksi oleh seorang yang telah menulis ratusan buku.
4. Tahapan-tahapan Menulis
Menulis,
baik itu menulis fiksi maupun nonfiksi, tidak dapat dilakukan tanpa
melaksanakan tiga tahap berikut: (1) pra penulisan atau pre-writing, (2) penulisan (writing),
(3) penyuntingan tulisan (reviewing and
revising) (Zemach dan Rumisek, 2003: 2-3).
Pada tahap pertama, yang harus dilakukan adalah
menentukan topik. Kemudian, bila topik sudah didapatkan yang berikutnya adalah
mengumpulkan gagasan. Di langkah ini kita pikirkan apa yang akan kita tulis
tentang topik itu. Langkah terakhir di tahapan pertama ini adalah
mengorganisasikan gagasan. Tentukan gagasan yang ingin digunakan dan mau dipakai
di mana gagasan itu. Gagasan apa yang harus dikemukakan terlebih dahulu, apa
yang harus diutarakan berikutnya, dan apa yang akan dibahas diakhir.
Di
tahapan kedua tuangkanlah gagasan itu dalam tulisan. Jangan pedulikan tata
bahasa, ejaan, dan sebagainya. Tuliskan saja apa yang ada di kepala. Tulislah
dari awal hingga selesai. Tahapan yang terakhir, bacalah ulang tulisan Anda.
Periksa kembali apakah gagasan yang sudah ditangkap sudah dituangkan semua atau
masih ada yang kurang. Cobalah tinjau ulang apakah antara satu paragraf dengan
paragraf yang lain nyambung atau
tidak, atau dengan kata lain sudah kohesif (utuh dan padu) atau belum. Bila
dirasa perlu, bertanyalah pada orang lain apa yang kurang dari tulisan itu.
Jikalau dari segi gagasan semuanya sudah tercurahkan, kini saatnya melongok ke
masalah tata bahasa dan ejaan. Lihatlah struktur kalimatnya, apakah sudah
menggunakan kalimat yang efektif atau malah boros kalimat untuk mengungkapkan
isi benak Anda. Bila menulis dalam bahasa asing, bahasa Inggris misalnya,
periksalah apa tulisan Anda sudah grammatically
correct. Lihat pula masalah ejaan.
Ini penting. Jika yang ditulis adalah makalah untuk kuliah, pastikan ejaannya
sudah sesuai dengan aturan yang baku bukan yang disangka benar. Di tahap
terakhir ini kita menjadi swapenyunting sekaligus swapemeriksa aksara (self-editor and self-proofreader) tulisan. Apabila dirasa masih belum sempurna,
maka kita revisi tulisan kita. Menambahkan apa yang dirasa kurang dan
mengurangi yang dianggap berlewahan.
5.
Writer’s block
Pernahkah
kalian saat sedang asyik menulis atau mengarang mendadak mengalami kondisi di
mana pikiran kalian terasa buntu dan tak mampu lagi menuangkan apa yang ada di
dalam benak? Atau, bahkan, saat hendak menulis kita tak tahu mau menulis apa?
Jika itu kondisi yang dialami, maka kalian terkena sindroma yang disebut writer’s block.
Writer’s block menurut kamus daring Merriam-Webster
adalah the problem of not being able to think of something to write about or
not being able to finish writing a story, poem, etc alias masalah tidak dapat memikirkan sesuatu
untuk ditulis atau tidak mampu menyelesaikan menulis tentang sebuah kisah,
puisi, dan sebagainya (http://www.merriam-webster.com/dictionary/writer%27s%20block, diunduh pada 1 Maret 2014). Kamus
bahasa Inggris lain yang tak kalah jumawanya, yakni Oxford Dictionary, juga memaparkan definisi yang sama dalam versi online-nya: The condition of being
unable to think of what to write or how to proceed with writing atawa dalam
bahasa ibu kita artinya adalah kondisi tidak berdaya untuk memikirkan apa yang
hendak ditulis atau bagaimana melanjutkan tulisan (http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/writer%27s-block?q=writer%27s+block, diakses
pada 1 Maret 2014).
Writer’s block,
atawa kendala dalam menulis, adalah kondisi yang umum terjadi pada penulis,
bahkan bagi penulis yang sudah berkaliber best
seller sekalipun. Namun, tahukah Anda apa saja gejala-gejalanya? Ary
Nilandari, seorang penulis, editor, penerjemah sekaligus trainer di
berbagai acara kepenulisan,
mengungkapkan adanya beberapa gejala writer’s block ini. Berikut ini
saya rangkum gejala-gejalanya yaitu, antara lain, (1) panik, berkeringat
dingin, pening, berkunang-kunang, apalagi bila deadline semakin menjelang, (2) sudah 10 menit berlalu tapi belum
mampu menghasilkan satu kalimat pun, (3) mulai memikirkan tentang berganti
profesi. Akan tetapi, tak hanya menjelaskan tentang gejala-gejala writer’s block, dia juga memberikan
kiat-kiat untuk mengatasinya, seperti tinggalkan yang sedang ditulis dan
lakukan kegiatan lain seperti baca buku, masak, mengepel, mencuci, main dengan
anak (atau keponakan), tidur, cari pemandangan lain, mengobrol, dan menonton
film. Selengkapnya dapat dilongok di laman mizan.com (http://mizan.com/news_det/tips-mengatasi-writers-block-ala-ary-nilandri.html, diunduh pada 1 Maret 2014).
6. Paragraf Penutup
Di
sebuah perpustakaan, seorang mahasiswa berkaca mata duduk satu meja dengan
seorang gadis cantik berambut panjang. Keduanya
tengah asyik membaca. Mendadak, si mahasiswa berkacamata menyodorkan sebatang
cokelat dengan tulisan di atasnya, “mau temenan? Ambil aja.” Si cewek
melemparkan pandangan agak sebal pada mulanya, tapi kemudian dia langsung menyambar
cokelat dan mulai menyantapnya. Reaksi si gadis adalah dia sangat menikmati
cokelat tersebut sehingga setelah habis langsung menjilati jemarinya. Si cowok
pun tak mau tinggal diam, dia raih lagi sehelai kertas dan menuliskan sesuatu
yang terbaca, “Nonton? Makan lagi.” Si rambut panjang menatap ragu, si kacamata
menjadi agak sedikit salting (salah
tingkah). Namun, kemudian sang mahasiswi mengangkat bahunya sembari tersenyum
seakan-akan hendak mengatakan, “why not?”
lantas menyambar lagi satu kepingan cokelat. Keduanya pun tersenyum,
mesem-mesem bahagia.
Yang
saya deskripsikan di atas adalah iklan sebuah produk cokelat. Mengapa saya
suguhkan itu? Karena saya melihat ada keterkaitan iklan tersebut dengan mata
kuliah yang kini saya ajar semester ini. Saya melihat bahwa si mahasiswa
berkacamata menggunakan kreativitasnya untuk pedekate seorang gadis dengan tulisan (dan sebatang cokelat
tentunya, tapi bukan itu yang ingin saya soroti). Karena dia menulis, dia
mendapatkan apa yang diinginkannya, kencan dengan seorang gadis yang jelita.
Kreativitas.
Itulah tujuan, maksud, dan sasaran saya di kuliah Writing III ini. Saya ingin
lebih menekankan pada aspek creative
writing karena sejauh pemantauan saya hal ini tidak diajarkan di jurusan
kita. Akan tetapi, bukan hanya penulisan kreatif saja, aspek penulisan ilmiah
pun mendapatkan porsi. Jadi, mari kita sama-sama berlatih menggunakan
kreativitas kita dalam mengolah kata, rangkai menjadi kalimat-kalimat, dan
menghasilkan karya. Ayo raih pena dan kertas atau buka laptop kalian dan mulailah menulis. Mulailah berkarya mulai dari
sekarang.
Pustaka Acuan
Akmal,
Hilmi. 2009. “Bahasa dan Kreativitas (Mengungkap Keterkaitan antara Bahasa,
Pikiran, dan
Kebudayaan/Sastra),” makalah yang disampaikan di Seminar Bahasa dan Kreativitas
dalam rangka Peringatan Bulan Bahasa di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 31 Oktober.
Arul,
Kang. 2010. A Complet Guide for
Writerpreneurship: Semua Rahasia yang Mesti Anda Ketahui
agar
Sukses Jalani profesi Penulis. Yogyakarta: Citra Media.
Atmowiloto,
Arswendo. 2004. Mengarang itu Gampang.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Hernowo (Peny.). 2003. Quantum
Writing: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang
Munculnya
Potensi Menulis. Bandung: MLC.
Kridalaksana, Harimurti. 2005. “Bahasa dan Linguistik” dalam
Kushartanti, Untung
Yuwono, dan Multamia RMT Lauder (peny.). Pesona Bahasa Langkah Awal
Memahami Linguistik. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Kridalaksana, Harimurti dan Hermina Sutami. 2005. “Aksara dan Ejaan”
dalam Kushartanti, Untung
Yuwono, dan Multamia RMT Lauder (peny.). Pesona Bahasa Langkah Awal
Memahami Linguistik. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.
Munsy,
Alif Danya. 2012. Jadi Penulis? Siapa
Takut! Arahan Mudah Menulis Berita, Puisi, Prosa, dan
Drama
dalam Bahasa Indonesia yang Pas. Bandung: Kaifa.
Soesono,
Slamet. 1981. Teknik Penulisan
Ilmiah-Populer. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Suriasumantri, Jujun S. 1996. Filasafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.
Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Pennebaker,
James. W. 2002. Ketika Diam Bukan Emas:
Berbicara dan Menulis sebagai Terapi.
Bandung: Mizan.
Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Zemach,
Dorothy E. and Lisa A. Rumisek. 2003. College
Writing: from Paragraph to Essay. Australia:
Macmillan.
[1]
Modul/Bahan kuliah Writing III
di Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
[2]
Dosen tetap Jurusan Bahasa dan
Sastra Inggris, Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Selain itu, dirinya adalah penulis, penerjemah, dan penyunting profesional.
0 komentar:
Posting Komentar